Bertemu teman, menemukan kawan

Sela

Pak Ris

Riswandha Imawan
Pak Riswandha Imawan

Siang itu hari ke-tiga OPSPEK bagi mahasiswa yang baru masuk Universitas Gadjah Mada. Karena pelaksaan OPSPEK tahun itu adalah Universitas-Fakultas-Fakultas-Universitas (U-F-F-U), maka seperti para mahasiswa dari fakultas lainnya, para mahasiswa baru FISIPOL UGM kembali menghabiskan hari itu dengan “bercengkrama” bersama Raka dan Rakanitanya di kampus FISIPOL.

Berbagai acara dan kegiatan yang dilakukan pada hari itu, sama padatnya dan sama beratnya jika dibandingkan dengan hari ke-dua OPSPEK. Dari mulai berangkat ke kampus di pagi buta dengan harus dihantarkan becak dan harus (lagi) berduaan bersama salah seorang kawan satu fakultas. Kemudian diharuskan membawa surat kabar yang memuat tulisan salah seorang dosen FISIPOL, membawa cangkir kecil blirik (ah entahlah apa bahasa Indonesia-nya) yang harus dikalungkan, dan masih banyak lagi tugas, perlengkapan, dan asesoris yang harus dibawa dan dikenakan pada saat itu.

Kemudian saat itu datanglah, seusai jam makan siang (catatan: makan siang dalam suasana OPSPEK, bukan makan siang yang santai di restoran atau di kantin yang walau ramai tetapi nyaman) nampaknya ada acara perkenalan dengan jurusan dan juga dengan staf pegawai serta dosen-dosen jurusan.

Para peserta OPSPEK sebenarnya sudah memiliki jadwal acara dan kegiatan apa saja yang akan dilakukan selama OPSPEK ini, akan tetapi kebanyakan tidak begitu perduli dan ambil pusing. Yang ada dipikiran dan harapan adalah,”Matahari segeralah terbenam, wahai hari segeralah berlalu..”

Kembali ke acara perkenalan dengan jurusan, staf pegawai jurusan, serta staf pengajar tadi. Mahasiswa-mahasiswa baru yang masih belia, lucu, lugu, kucel, dan kelelahan itu diperintahkan oleh para Raka/Rakanitanya menuju ruangan sesuai jurusan masing-masing, dengan tidak ketinggalan bentakan yang bersahut-sahutan,”Ayo cepatttt !!!”

Kemudian para peserta OPSPEK dari Jurusan Ilmu Pemerintahan berbondong-bondong menuju sebuah ruangan (saya lupa ruang E, F, G, M, N, atau H, atau apa? Yang jelas saat ini ruangan itu sudah dijadikan Kantor Jurusan Sosiologi) di mana para dosen dan pegawai jurusan akan menemui mereka.

Tidak berapa lama kemudian, datanglah beberapa orang lelaki sekaligus. Setelah mereka berdiskusi sejenak –entah tentang apa, nampaknya mungkin tentang siapa yang akan membuka acara itu–, seorang laki-laki diantara mereka (yang ternyata beliau adalah Pak Haryanto yang kalau tidak salah kala itu menjabat Sekretaris Jurusan) membuka pertemuan tersebut dengan menjelaskan panjang lebar mengenai jurusan Ilmu Pemerintahan, apa saja yang dipelajari, dan apa saja yang mungkin kelak dihadapi.

Kemudian acara berlanjut dengan perkenalan dengan para staf pengajar. Dari mulai Pak Josef, Pak Andre Bayo (alm), Pak Affan Gafar (alm), Mas Cornelis Lay, sampai terakhir ada seorang dosen tampan yang kemudian para Mahasiswa Baru ditantang untuk menebak dari daerah mana asal dosen yang bersangkutan tersebut.

Entah mendapat keberanian dari mana, salah seorang mahasiswa baru menyerukan,”Dari Madura…”

Mahasiswa baru lainnya terdiam dan langsung memandang ke arah suara tadi. Pak Haryanto langsung memanggil mahasiswa yang bersangkutan ke depan. Saat itu tidak ada yang tau entah mau diapakan mahasiswa tersebut, terbayang pikiran,”Bikin kesalahan sama Raka/Rakanita aja hukumannya seperti itu, apalagi kalo bikin kesalahan sama dosen. Bisa-bisa gagal masuk UGM nih…”

Mahasiswa baru itu langsung ditanya dari mana asal muasalnya dia mendapat ide untuk menebak Madura sebagai asal daerah Pak Dosen yang satu itu.

Dan dengan polosnya si mahasiswa menjawab,”Karena kumis Bapak Dosen ini seperti kumis penyanyi dangdut yang berasal dari Madura.”

Langsung merebaklah tawa di ruangan itu, karena memang kumis Bapak Dosen tersebut sangat mirip dengan kumis seorang penyanyi dangdut yang sedang naik daun waktu itu dan kebetulan berasal dari Madura. Kalau tidak salah nama penyanyi tersebut Yus Yunus dan waktu itu ngetop dengan lagunya yang berjudul Sapu Tangan Merah (referensi musik dangdut saya wangun ya?).

Kehebohan lebih terasa lagi ketika ternyata tebakan mahasiswa baru itu memang tepat. Bapak Dosen satu itu ternyata memang berasal dari Madura. Bapak Dosen yang akhirnya kami ketahui bernama Riswandha Imawan itu menanggapi alasan jawaban mahasiswa baru itu dengan santai dan tersenyum,”Baiklah, kamu saya beri nilai A karena telah menebak dengan tepat asal daerah saya, tapi kamu juga saya beri nilai D karena menyamakan kumis saya dengan kumis penyanyi dangdut.”

Kisah tadi memang benar-benar terjadi dan mungkin merupakan sebuah kenangan pertemuan dan perkenalan awal dengan para dosen jurusan Ilmu Pemerintahan dan khususnya pertemuan dan perkenalan awal yang unik dengan Pak Riswandha Imawan.

Rasanya seperti baru saja kemarin semua kejadian itu, padahal OPSPEK yang saya ceritakan tadi adalah OPSPEK di FISIPOL UGM di sekitar awal tahun 90-an.

Dan mendadak semua kenangan dan cerita tadi melintas dengan cepat di benak saya ketika saya mendapat beberapa sms, dari teman kampus, dari adik saya yang di Jogja, dari pacar, bahkan dari kawan kerja saya yang mereka semuanya mendadak merasa dekat dan ikut kehilangan, walaupun belum pernah berinteraksi langsung (kecuali kawan kampus saya itu tentu saja) dengan seorang Riswandha Imawan.

Ada lagi sebuah pesan dari Pak Riswandha Imawan yang tidak saya lupakan. Pesan ini beliau sampaikan ketika menanggapi berbagai macam terror yang ditujukan kepadanya sehubungan dengan analisa dan komentar-komentarnya terhadap proses politik dan pemerintahan Indonesia.

Ketika itu ada yang menanyakan apakah beliau tidak takut menghadapi terror yang sedemikian rupa. Beliau menjawab sambil berulangkali mengatakan pada para mahasiswanya agar mengingat apa yang akan dikatakannya itu.Beliau berpesan:

“Kalau takut, jangan berani-berani. Dan kalau berani, jangan takut-takut.”

Pesan tersebut diulangnya terus beberapa kali.

Selamat jalan Pak Ris, terima kasih atas ilmu, kenangan-kenangan, dan pesan-pesannya.Maafkan murid-muridmu apabila masih ada yang “untuk takut saja tidak berani” dan “ketika berani tapi masih takut-takut.”

Buat mahasiswa FISIPOL UGM Jurusan Ilmu Pemerintahan, kalian ada yang masih ingat cerita di awal tulisan ini kan?

Catatan:  Ini adalah posting blog awal saya ketika pertama kali punya domain sendiri, pada 7 Agustus 2006. Diposting ulang dalam rangka Hari Blogger Nasional 27 Oktober 2012

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.