Bertemu teman, menemukan kawan

Sela

Antara ucapan selamat Idulfitri dan #WeShouldAlwaysBeKind

ucapan selamat idulfitri

Turkish lamps at Arab street - Singapore

Sehari menjelang hingga setidaknya sampai hari ke-2 setelahnya, lalu lintas ucapan selamat Idulfitri dan permohonan maaf lahir batin ramai bersliweran melalui SMS, WhatsApp, Facebook, Instagram, Twitter dan media sosial lainnya.

Bentuk ucapan selamat Idulfitri itu ada yang unik menarik dan kreatif. Seperti dalam bentuk animasi gif, gambar hasil foto sendiri, gambar hasil menggambar sendiri, sampai gambar hasil boleh mengunduh dari situs-situs penyedia foto dan gambar open source.

ucapan selamat idulfitri
Turkish lamps at Arab street – Singapore
(Photo by Siti Rahmanah Mat Daud on Unsplash)

Namun ada pula ucapan yang murni mengandalkan kekuatan teks alias copy-nya. Jadi murni berupa kata-kata saja.

Nah, rangkaian kata-kata ucapan itu ada yang orisinil buatan sendiri, yang menyingkap fakta bahwa ternyata ada beberapa handai taulan dan sanak saudara memiliki bakat terpendam sebagai seorang penyair atau copywriter.

Kemudian ada pula yang –sama persis seperti tahun sebelumnya– mengirimkan ucapan dengan rangkaian kata-kata yang benar-benar nyaris sama persis seperti tahun berikutnya. Bukan orang yang sama sih yang mengirimkan, tapi teksnya ya nyaris sama persis. Misalnya yang paling umum seperti ini: “Sebening embun di pagi hari, seputih kapas tanpa biji,…” atau “Ketika tangan tak mampu berjabat. Ketika mulut tak dapat mengucap.”

Meskipun nyaris sebagian besar orang Indonesia yang merayakan lebaran tahu dan pernah membaca rangkaian ucapan selamat Idulfitri tersebut. Namun tetap saja ucapan itu diterima dengan baik.

Mungkin karena memaklumi kalau si pengirim bukan seorang perangkai kata jawara. Mungkin juga karena menghormati dan menghargai niat baik si pengirim ucapan. Tapi yang jelas karena isinya tentang ucapan hari Idulfitri dan mohon maaf lahir batin, yang dikirimkan sehari sebelum sampai dua – tiga hari setelah hari raya, si penerima biasanya tidak mempermasalahkan hal tersebut. Bahkan memberikan ucapan balasan.

Singkatnya, pesan ucapan selamat yang telah digunakan berkali-kali oleh sekian banyak orang dan nyaris selalu digunakan di hari raya tiap tahun, tidak menjadi masalah besar pagi si penerima. Semuanya bisa dimaklumi dan dimaafkan.

Hal tersebut jauh sangat berbeda jika dibanding sebuah campaign yang diluncurkan di bulan puasa kemarin, di awal bulan Mei, melalui Instagram.

Campaign itu, seperti sebagain besar sudah tahu, diberi nama #WeShouldAlwaysBeKind digagas oleh Sulaiman Syahrod.

#WeShouldAlwaysBeKind
Template #WeShouldAlwaysBeKind

Cara kerjanya, siapapun yang berminat mengikuti campaign ini dapat mengunduh template Instagram Story di akun penggagasnya tadi di atas.

Kemudian dengan menggunakan sticker Comment (yang ternyata belum tersedia di setiap akun Instagram) yang diletakkan di sisi kanan template tersebut. Sehingga nanti siapapun yang membuka story itu, profile picture-nya sendirilah yang akan tampil dan ditunjuk panah, yang menunjukkan seolah si pembuat IG Story menganggap siapapun yang melihat IG Story dengan template tersebut adalah “This is the most kind person I’ve ever known”.

Tujuan campaign ini menurut penggagasnya tadi adalah untuk mengingatkan bahwa setiap manusia pada dasarnya baik. […] kita semua sudah intuisinya untuk berbagi kebaikan kepada sesama.

Tanggapan netizen terhadap kampanye ini beragam sampai-sampai menarik perhatian khalayak sehingga masuk trending topik twitter. Iya, twitter. Aplikasi media sosial “tetangga”, yang enggak ada IG Story-nya. 😀

Ada yang menyambut baik campaign ini karena membuat senang dan bisa jadi ge-er. Apalagi kalau misalnya yang melihat itu adalah orang yang menaruh harap pada si pemasang IG Story yang ikut campaign ini. Pasti berbunga-bunga rasanya.

Namun tentu saja ada yang memandang negatif pada campaign ini. Bahkan menganggap ini tak ada bedanya dengan kegiatan-kegiatan prank yang biasa dilakukan para YouTuber. Parahnya, ini yang di-prank adalah perasaan dan harapan!

Karena sesungguhnya si pemasang IG Story dari campaign ini kan sebenarnya tidak secara khusus “membidik” siapa yang diakui sebagai “the most kind person I’ve ever known”, kan? Sehingga ketimbang jadi sebuah aksi berbagi kebaikan pada sesma, ini malah berpotensi jadi kegiatan menyemaikan perasaan kecewa, kecele, bahkan malu. Ini terutama yang telah merespon IG Story tersebut ke si pengirim dengan renjana, tapi mendapat respon yang biasa saja lalu tahu kenyataannya.


Memang membandingkan ucapan selamat Idulfitri dan campaign IG Story #WeShouldAlwaysBeKind tidak apple to apple.

Namun yang sebenarnya ingin disampaikan adalah dari dua macam cara memberikan “ucapan” tadi, kok nampaknya kita –atau setidaknya saya–, lebih bisa menerima dan berdamai dengan mereka yang memberikan kata-kata copy paste dari ucapan Idulfitri yang telah banyak digunakan orang sejak beberapa lebaran sebelumnya.

Karena meskipun –jelek-jeleknya– si pengirim tidak niat memberikan ucapan tapi tak enak hati karena udah kenal maka terpaksa mengirimkan ucapan seadanya, namun si pengirim tetap memperhatikan konteks kapan ucapan tersebut dikirimkan. Yaitu menjelang atau pada saat hari raya Idulfitri. Sehingga apa yang ingin disampaikan si pengirim ucapan, bisa klop dan sinkron dengan si penerima.

Setidaknya si penerima tidak ge er hanya karena dapat ucapan hasil copy paste berulang-ulang dari jaman baheula.

Sementara yang #WeShouldAlwaysBeKind, walaupun niatnya baik dan konten “ucapannya” dibuat dengan sangat niat dan keren, tapi seringnya antara pengirim dengan penerima tidak berada dalam konteks ya sama.

Si pengirim mungkin niatnya dalam rangka seru-seruan ikut campaign yang lagi viral. Sementara si penerima mungkin orang yang ngarep respon atau setidaknya secercah kecil tanda kalau si pengirim ada perhatian ke dia.

Bisa-bisa akhirnya ya gitu deh. Terluka tapi tak berdarah.

6 Comments

  1. Kreatif maupun biasa yang penting ketulusan, baik si pemberi maupun penerima ucapan.
    Tapi ya itu tadi, masalahnya adalah konteks 😁

    • Benar, Paman. Kadang kala konteks sering diabaikan atau terlupakan ketika membuat kegiatan-kegiatan tertentu. Tak hanya di dunia digital, tapi di dunia nyata. Ini saya malah jadi teringat gegeran tentang “nasi anjing” karena dianggap menghina. Padahal oleh penggagas, diberi nama seperti itu karena porsinya lebih besar ketimbang “nasi kucing”. 😀

  2. Soal ucapan selamat Idulfitri, saya jadi inget zaman ponsel monokrom masih jamak dulu, Mas. Setiap kali lebaran pasti ada aja temen kreatif yang niat banget bikin gambar pakai karakter di SMS. 😀 Sering juga akhirnya copas terus nama pengirimnya dibikin beda. 🙂

    • wahihihi… iya. Sampai sekarang saya masih takjub dengan yang bisa gambar pakai karakter di SMS itu. Ketelatenannya itu lho. Luar biasa mengagumkan. Kalau saya blas ndak pernah sukses bikinnya… 😀

  3. Zam

    paling seru dulu beli konten SMS ketip-ketip berisi ucapan selamat ke HP.. 😆

    • hahahaha… iyaaaa.. kalo enggak bikin gambar masjid atau ketupat pake karakter yang ada di handphone…. 😀

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.