Bertemu teman, menemukan kawan

Musik, Sela

Bahasa Arab di sekitar kita

bahasa arab di sekitar kita

Konon ketika jaman masih kost, ada seorang kawan kost yang bisa dibilang tidak begitu tertib dan taat beribadah.

Jangankan ibadah harian rutin, melihat dia pergi Jumatan pun bisa dibilang sebuah hal yang langka. Saat bulan puasa banyak bolongnya, apalagi mengharapkan dia tadarusan, mungkin saja sih. Tapi peluangnya keciiiil sekali.

Ngomong-ngomong, biar ini jatuhnya bukan ghibah (padahal sekarang lagi bulan puasa) tapi diniatkan demi pengetahuan dan memperluas wawasan, maka si kawan tidak akan saya sebut namanya.

OK, lanjut.

Namun suatu siang, njanur gunung dari kamar kost kawan satu ini, terdengar alunan syair merdu yang menggelitik telinga, menggugah jiwa, dan yang pasti menumbuhkan tanda tanya yang amat besar dalam benak para penghuni kost lain.

Sebab di hari-hari biasa, yang terdengar dari kamarnya adalah lagu-lagu semacam “Moves like Jagger” milik Maroon 5, “Diamond”-nya Rihanna, “What Makes You Beautiful” dari One Direction, atau lagu-lagu Bruno Mars seperti “Grenade” dan “It Will Rain”.

Ya tentu saja tidak terus-terusan memutar lagu-lagu tersebut, tapi gambaran yang kawan kost ini dengarkan setiap hari ya jenis-jenis lagu seperti itulah. Bisa dibayangkan to?

Nah kembali ke alunan syair dari kamar kawan tadi, yang sangat tumben terdengar dan menimbulkan keheranan dan tanda tanya besar dari seluruh penghuni kost.

Waktu itu kami belum tahu itu syair apa, untung sekarang ada Spotify, jadi bisa dijelaskan begini kurang lebih alunan syair merdu bahasa Arab itu:

Kawan-kawan kost dan saya langsung bisa menduga kalau bahasa yang digunakan adalah Bahasa Arab. Kemudian dari jenis musiknya, dengan sangat sok tau kami menduga ini adalah semacam gambus modern.

Terbit sedikit rasa senang karena walaupun mungkin ibadahnya masih bolong-bolong, tapi nampaknya sudah mulai terbuka hatinya

Rasa senang itu makin berbinar ketika usai gambus modern tersebut diputar, langsung dilanjut alunan syair merdu lainnya. Kali ini temponya tidak secepat yang sebelumnya. “Lebih meditatif”, demikian kami kembali dengan sok tahu-nya memahami syair ini:

Selesai syair itu berakhir dialunkan, kami bergegas menuju kamar kawan itu. Ingin tahu tadi yang mengalun dari komputernya itu syair-syair apa, dan yang lebih penting lagi adalah bagaimana asal mulanya sampai kawan satu ini hatinya tergerak mau mendengarkan syair-syair seperti itu.

Awalnya kawan ini terkejut melihat kami, nyaris semua kawan kost-nya, mendatangi kamarnya. Tanpa diminta langsung dia minta maaf karena menyangka volume suara dari komputernya terlalu keras hingga mengganggu seisi penghuni kost.

Kami jelaskan bahwa alih-alih terganggu suara dari komputernya, kami malah merasa tersentuh hingga rasanya mak nyess di hati mendengarkan suara-suara tersebut. Kami bahkan bertanya syair itu tentang apa dan dia bisa menemukan itu dari mana.

Bersamaan dengan munculnya cengiran tengil yang sangat kami kenal di wajah kawan satu ini, kami langsung curiga. Kelihatannya ada yang tidak beres ini.

Kecurigaan itu langsung menjadi kenyataan ketika ia menjelaskan kalau syair-syair tadi berasal dari dua buah videoklip yang dia copy dari warnet langganannya.

Syair bersemangat yang kami anggap “gambus modern” tadi, ternyata dari videoklip ini:

Sementara syair yang dengan penuh ke-sok-tahu-an tadi kami anggap “meditatif”, berasal dari videoklip dengan penampakan seperti ini:

Sudah pasti, perasan kami semua yang menggeruduk kamar kawan satu itu campur aduk tidak karuan. Antara malu, gemas, sebal, dan tentu saja geli sendiri.

Geli karena dengan tingkat pendidikan kami yang rata-rata sarjana, pola pikir kami masih dangkal dan belum luas. Sehingga tidak menyadari bahwa sama seperti bahasa lain (misalnya Bahasa Jawa), Bahasa Arab juga digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari di antara orang-orang yang bisa berbahasa Arab. Baik sebagai sarana bercakap-cakap, mengemukakan gagas, membuat lelucon, menulis berita, mengarah puisi, bahkan untuk lirik lagu.


Kenangan beberapa tahun silam kembali muncul ketika tahu di sebuah stasiun televisi nasional, beberapa hari yang lalu pada acara yang berjudul Syair Ramadan, ada seorang penyanyi perempuan yang membawakan lagu berbahasa Arab:

Hal yang membuat kenangan masa lalu terkuak kembali adalah saat muncul keterangan siapa yang mempopulerkan lagu berjudul “Ya Tabtab” ini. Tidak lain dan tidak bukan ternyata si Nancy Ajram.

Siapa Nancy Ajram? Yak benaaar…

Dia adalah penyanyi yang suara dari dua videoklipnya di masa lalu, sukses membuat kami menganggap kawan kost kami yang tengil itu sudah mulai sadar dan insaf.

Buat yang penasaran, Ini videoklip Nancy Ajram ketika membawakan Ya Tabtab.

Tenang. Saya juga awalnya menduga kalau kali ini lagu yang dibawakan di acara tersebut, walaupun pernah dipopulerkan Nancy Ajram, adalah memang benar-benar berkaitan dengan pesan-pesan kebaikan atau lagu-lagu religius, layaknya lagu-lagu lain yang dibawakan dalam kesempatan serupa.

Karenanya saya mencoba mencari tahu apa terjemahan lagu tersebut. Saya menemukannya di link ini. Silakan dikunjungi dan bagaimana kesan-kesannya setelah tahu makna lagu tersebut?

Jika kemudian ada yang berpendapat “Tidak ada salahnya kan menyanyikan lagu itu di acara tersebut.” Ya memang tidak salah sih.

Namun dalam bayangan saya, itu seperti ada Kahitna membawakan lagu Setahun Kemarin di acara Mamah Dedeh enggak sih?

Sebagai penutup, dari seluruh rangkaian kenangan dan kejadian tersebut, entah mengapa memori saya lantas melompat lagi ke salah satu episode Bajaj Bajuri yang ini:

Kalau enggak bisa langsung “play” ke adegan yang dimaksud, silakan langsung menuju ke menit 18:13

Selamat Hari Jumat!

5 Comments

  1. Zam

    jadi ingat dulu masjid sebelah setiap mau pengajian memutar lagu Kun Anta yang berbahasa Arab.. 🤣

  2. Lagu pop Lebanon emang asoy. Klip video juga menghibur. Saya dulu kadang iseng memutar.

    Kalo sebelum kenal YouTube saya dulu suka salah satu album penyanyi Palestina di Lebanon, Rim Banna. Mungkin Zamroni Matriphe.com masih ingat karena dia sempat seruang dengan saya setelah saya kenal YouTube.

  3. Lagu pop Lebanon emang asoy. Klip video juga menghibur. Saya dulu kadang iseng memutar.

    Kalo sebelum kenal YouTube saya dulu suka salah satu album penyanyi Palestina di Lebanon, Rim Banna. Mungkin Zamroni Matriphe.com masih ingat karena dia sempat seruang dengan saya setelah saya kenal YouTube.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.