Bertemu teman, menemukan kawan

Sela

Gelar Karya Masker Kain Tradisional, unik dan meriah

Gelar Karya Masker Kain Tradisional - Citi Indonesia - UNESCO Jakarta

Gelar Karya Masker Kain Tradisional - Citi Indonesia - UNESCO Jakarta

Gelar Karya Masker Kain Tradisional yang dilaksanakan secara daring kemarin malam berjalan meriah dan banyak memberikan inspirasi bagi para penonton yang menikmati melalui kanal YouTube, Instagram Live, dan Facebook Live Kita Muda Kreatif.

Acara yang dimulai sekitar jam 18:30 WIB ini berlangsung selama kurang lebih satu setengah jam. Sajian utama di acara ini adalah peragaan busana dan masker kain tradisional karya para peserta kampanye Pakai Masker Kain Tradisional. Kampanye tersebut merupakan bagian dari proyek Creative Youth at Indonesian Heritage Sites yang dijalankan oleh UNESCO Jakarta dan Citi Indonesia, dengan dukungan oleh Citi Foundation.

Ada beberapa masker unik yang ditampilkan di Gelar Karya Masker Kain Tradisional tadi malam, seperti masker-masker batik dari Borobudur, yang mengambil motif dari relief-relief candi Borobudur.

Dalam hal ini adalah motif Wayang Jataka, dari relief sisi timur lantai 3 lorong 1, pagar langkan atas bidang H, panil 10-12, candi Borobudur. Relief ini bercerita tentang Kelinci yang memiliki sahabat Berang-berang, Serigala, dan Kera. Kelinci ini sangat baik hati dan rela berkorban, bahkan ia berpesan, “Persembahkan apa yang terbaik yang kau bisa persembahkan pada tamumu.”

Ada pula masker yang mengambil motif Pengorbanan Seekor Gajah, yang diambil dari dari relief sisi selatan candi Borobudur, lantai 3, lorong 1, pagar langkan bagian atas, bidang H, panil 6, 7, dan 8. Relief ini bercerita tentang seekor gajah yang rela mengorbankan dirinya untuk keselamatan orang lain yang membutuhkan.

Cerita-cerita penuh pesan kebajikan dari relief tersebut diangkat dan dituangkan dalam masker dengan kombinasi warna hitam dan coklat.

Masker Ecoprint dari Borobudur

Masih dari Borobudur, ada pula masker-masker kain tradisional lainnya yang mengangkat tema pesona warna alam dengan menggunakan kain ecoprint sebagai bahan masker dengan dominasi warna abu dari daun sawo.

Dari Klaten – Jawa Tengah, ada 3 wirausaha muda batik yang menampilkan karya-karya mereka berupa masker Parang Lurik, yaitu batik parang yang disandingkan dengan lurik.

Ada pula masker dengan tampilan cerah ceria dengan tema HUT RI dari kain batik tulis motif truntum dikombinasikan dengan gambar peta kepulauan Indonesia, dengan warna dasar merah dan putih. Dari gabungan motif klasik batik truntum yang menyimbolkan cinta yang tulus abadi dan tanpa syarat, dengan peta Indonesia dan warna merah putih.

Serta masih dengan tema kemerdekaan, ditampilkan karya Masker “Gurdo” dalam bahasa Indonesia berarti Garuda. Motif “Gurdo” yang mana merupakan visualisasi dari burung garuda. Lambang negara kita.

Selain dari Jawa Tengah, masker-masker kain batik yang ditampilkan di gelaran karya tadi malam ada pula yang berasal dari kawasan Danau Toba dengan masker dari motif kain ulos, dari Kota Tua Jakarta dengan batik Betawi Terogong, Jogjakarta dengan batik, Bali yang menampilkan kain tenun endek, serta Bayan dan Pringgasela, Lombok, NTB yang menampilkan masker dari kain tenun Lombok.

“Inovasi membuat masker dari kain tradisional ini adalah sebuah terobosan baru sehingga para wirausaha muda di sektor kreatif dapat tetap menjalankan roda ekonomi keluarga mereka,” kata Puni Ayu Tunjungsari, Country Head of Corporate Affairs Citi Indonesia.

“Pandemi COVID-19 memberikan tantangan besar bagi kita semua di segenap sektor kehidupan. Pada saat bersamaan, hal tersebut juga memberi kita kesempatan untuk berpikir secara berbeda dan tetap tangguh. Segera setelah larangan pergerakan publik dan mengumpulkan massa diumumkan di Indonesia, UNESCO Jakarta segera mengubah bentuk kegiatan workshop dari pertemuan langsung di ruang kelas menjadi daring, memanfaatkan platform media sosial. Ini memungkinkan kami terus terhubung dengan para wirausaha muda kami dengan lebih sering. Kampanye Pakai Masker Kain Tradisional ini adalah salah satu dari  hasil pelatihan-pelatihan daring kami,” kata Prof. Shahbaz Khan, Direktur dan Perwakilan UNESCO Jakarta.

Antusiasme para pemirsa mengikuti acara ini sangat menggembirakan, ini dapat dilihat dari angka live streaming di YouTube yang mencapai lebih dari 2.500 penonton.

Melihat respons seperti ini, nampaknya harapan dan tujuan diluncurkannya kampanye Pakai Masker Kain Tradisional, yaitu membantu roda perekonomian para wirausaha muda kreatif sambil mendukung pencegahan penyebaran Covid-19, dengan tetap mengusung dan melestarikan budaya mereka, tampaknya telah sesuai dengan apa yang diharapkan sebelumnya.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.