Bertemu teman, menemukan kawan

Sela

Hikmah Ramadan dan Idulfitri 1441 H

"Eid Mubarak 1434 H" by M Reza Faisal is licensed under CC BY-NC-ND 2.0

Ramadan dan Idulfitri kali ini sangat istimewa. Kelak ini akan menjadi salah satu dari sekian banyak Ramadan dan Idulfitri yang paling sering diceritakan kembali ke anak cucu kita.

Sebagai orang Indonesia tulen, yang nyaris tiap menghadapi kendala atau mengalami kegagalan, sebuah nasihat yang kerap diterima adalah, “Ambil aja hikmahnya,” maka akan saya gali hikmah Ramadan dan Idulfitri apa saja yang dapat dipetik selama di tahun 1441 H ini.

1. George Carlin benar.

Ini tidak ada hubungannya langsung dengan Ramadan dan Idulfitri, namun jelas pageblug membuat perayaan hari raya tahun ini penuh keajaiban di banding tahun-tahun sebelumnya.

Gara-gara makhluk hidup super kecil hingga tak kasatmata, Homo sapiens sapiens tak berkutik. Banyak yang serba salah dan bingung bagaimana hendak mengatasi dan melawannya.

Ada yang patuh dan kalau pergi-pergi selalu menggunakan masker. Namun ada pula yang cuek saja, tidak menggunakan masker dan berdesak-desakan di keramaian.

Ada yang dengan sekuat tenaga dan daya membantu sesama hingga tidak memerdulikan keselamatan dan nyawa sendiri. Ada pula yang tega menolak pemakaman korban pageblug, padahal akan dilakukan berdasarkan protokol yang telah ditetapkan.

Ada yang menolong dengan ikhlas tulus hati, ada yang menggunakan ini sebagai pijakan untuk kepentingan ekonomi dan/atau politik sendiri.

Singkatnya, kita sendirilah yang membuat keadaan ini menjadi tambah rumit dan membahayakan.

Makhluk hidup super kecil itu tidak bisa disalahkan, Homo sapiens sapiens yang ngeyel, licik, dan mau menangnya sendiri yang memperbesar ancaman.

Ini mengingatkan sepotong kalimat George Carlin ketika membahas tentang hubungan manusia dan planet bumi di Jamming In New York (1992).

The planet is fine! Compared to the people, THE PLANET IS DOING GREAT.

george carlin

2. Yang pertama saling menolong saat kesusahan adalah orang-orang di sekitar kita

Di sekitar kita ini maksudnya ya yang secara jarak dekat. Tetangga kanan kiri kita, para sesama warga satu kampung, satu desa, bahkan kalau benar-benar kompak, satu kota.

Di sekitar kita tadi, bisa juga dimaknai mereka yang secara kekeluargaan dekat. Orangtua, kakak, adik, anak, sanak saudara, dan sebagainnya.

Diakui atau tidak, disadari atau tidak, merekalah yang benar-benar membantu dan diharapkan bantuannya ketika kita sedang kesusahan.

Jadi sangat tidak ada gunanya dan sangat tidak masuk akal kalau sampai saling bermusuhan, diam-diaman, memutuskan tali silaturahmi, bahkan bertikai secara fisik. Lantaran hanya karena berbeda gambar atau foto apa yang dilubangi di kertas suara setiap ada pemilihan apapun, di tingkat manapun!

Mungkin saja ada yang beruntung jadi orang penting organisasi yang lambangnya dicoblos, atau orang yang dekat dengan foto yang dilubangi itu.

Namun tetap saja, kalau ada hal-hal darurat, mendadak, dan mendesak, tetanggalah yang duluan bergerak membantu.

Mulai dari menengok saat sakit, turut memberi sumbangan saat susah, sampai pasang bongkar tenda untuk mantenan atau layatan.

Catatan: Mungkin semua tadi tidak bisa ditemui dan dilakukan di komplek-komplek perumahan elit di kota-kota besar ya?

hikmah ramadan dan idulfitri
“Eid Mubarak 1434 H” by M Reza Faisal is licensed under CC BY-NC-ND 2.0

3. Ternyata Puasa Ramadan itu murni tentang hati, dan ternyata merayakan Idulfitri tanpa baju baru juga baik-baik saja

Puasa Ramadan kemarin benar-benar membukakan mata kalau berpuasa itu murni tentang hati dan niat.

Terbukti tanpa ngabuburit dan sahur on the road puasa tetap jalan, kan? Tanpa membeli takjil bermacam-macam dan beraneka ragam, berbuka puasa juga nikmat, kan?

Demikian juga dengan Idulfitri. Bagaimana rasanya melewati Idulfitri tanpa tekanan takut ditanya kapan nikah, khawatir baju barunya ada yang nyamain, was-was hidangan Idulfitri di meja tampak kurang mewah bagi tamu, atau resah gelisah karena tidak bisa menyuguhkan kacang mede goreng karena kehabisan di pasar?

Semoga kemarin benar-benar sempat merasakan dan meresapi sendiri apa yang sering disebut-sebut sebagai “kembali fitri”. Karena Idulfitri kemarin, oleh Tuhan nampaknya kita dibantu untuk sejenak lepas dan lolos dari sifat iri, dengki, ujub, dan semacamnya.

Yang mungkin tanpa sadari, di tahun-tahun sebelumnya dengan licik dan menggunakan berbagai macam kedok yang “seolah-olah baik”, menyelinap di relung-relung hati kita yang baru saja fitri itu.

Itu hikmah Ramadan dan Idulfitri yang saya dapat sih. Kalau misalnya ada yang berbeda atau mungkin tidak setuju, ya mangga saja. Siapa tahu hikmah yang didapat lebih luar biasa ketimbang yang saya peroleh.

3 Comments

  1. Zam

    Ramadan dan Idulfitri 1441 H (2020) ini memang istimewa sekali ya, mas..

    • istimewa dan sangat berkesan, Mas.
      ya sisi positifnya ketika setelah sholat Ied (yang singkat karena dilakukan secara mandiri), para keluarga bisa menikmati makan dengan lebih santai. Karena tidak kemrungsung keburu mau pergi ke sana saudara, atau keburu selak nanti kedatangan tamu. 😀

  2. Salutnya, masih ada aja yang ceria sampai-sampai bakar kembang api pas malam takbiran, Mas. Duh, saya pengen belajar berpikiran positif sama mereka… hehehehe

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.