Bertemu teman, menemukan kawan

Pengumuman

SUMONAR Festival Video Mapping Pertama di Indonesia

SUMONAR 2019

SUMONAR adalah nama festival video mapping pertama di Indonesia yang akan digelar pada 26 Juli – 5 Agustus 2019 mendatang di kawasan 0 Kilometer, Yogyakarta, dengan tajuk “My Place, My Time”.

Video mapping adalah menjadi sebuah bentuk karya seni yang tidak hanya penciptaan video belaka, namun didukung pula hasil karya seni lainnya seperti ilustrasi musik, 3D desain, arsitektural, script writing dan masih banyak lagi.

Di Yogyakarta sendiri, jauh sebelum SUMONAR ini ada, video mapping mulai tampil di depan khalayak sekitar tahun 2013. Saat itu kegiatan video mapping ini masih merupakan salah satu program di Festival Kesenian Yogyakarta (FKY).

Program video mapping ini secara konsisten diselenggarakan tiap tahun dan para penggiatnya membentuk sebuah kelompok kolektif bernama Jogja Video Mapping Project (JVMP).

Pada tahun 2018, JVMP akhirnya berdiri sendiri dan menyelenggarakan festival bernama Jogjakarta Video Mapping Festival (JVMF). Kala itu festival yang dibentuk hanya untuk skala nasional mendapat sambutan meriah dari publik.

Sayangnya, JVMF ini belum mampu mengidentifikasikan keberadaan festival ini di tingkat internasional. Menanggapi hal tersebut maka di tahun 2019 JVMF berganti nama menjadi SUMONAR yang harapannya dapat berkiprah di tingkat internasional, dengan tajuk “My Place, My Time” untuk pelaksanaan perdananya.

Press Conference SUMONAR 2019

Press Conference SUMONAR 2019

“SUMONAR merupakan penggabungan dari dua kata, yaitu Sumon dan Sumunar. Sumon sendiri memiliki arti mengumpulkan, sementara Sumunar memiliki makna bercahaya.” jelas Festival Director SUMONAR, Ari Wulu.

Pergantian nama dari JVMF ke Sumonar menjadi sebuah hal yang sangat penting untuk bisa menjelaskan identitas dari festival ini kepada masyarakat Indonesia maupun dunia. Perkenalan melalui identitas tersebut dapat menambah keragaman video and art light festival internasional yang telah marak selama kurang lebih 10 tahun terakhir.

Tema “My Place, My Time” sendiri menjadi sebuah kisah kota yang sedang bercerita tentang dirinya. Di sini ingin digambarkan bagaimana budaya dan manusia yang lahir dari rahimnya bergerak kemudian berkembang dan berubah. Bisa dari bentuk, waktu, wajah , bau, perilaku, bunyi, dan segala hal yang membangunnya. Dan di dalam kehidupannya, kota tak lepas dari kesepakatan yang muncul sebelumnya, dan imbas dari kesepakatan itu yang mampu membentuk dirinya sebagai kota.

“Ada dua prasa yang tersirat di dalam tema “My Place, My Time”. Frase yang pertama adalah kami di sini hari ini, dan yang kedua adalah kami melihat kota ini dari sudut pandang sendiri. Kota ini terbentuk dari akibat penguasanya, pemerintahnya, senimannya, pelajarnya dan semua lapisan masyarakat yang ada di kota ini. Biasanya suatu kota terwujud setelah konstelasi besar, yang mana mampu membuat kota menjadi seperti ini,” imbuh Ari.

Selama 11 hari penyelenggaraannya nanti, tidak hanya seniman-seniman asal Indonesia saja yang akan menyuguhkan karya dalam bentuk pertunjukan video maupun instalasi. Ada beberapa seniman yang berasal dari Makau dan Filipina siap berkontribusi dalam festival ini.

“Sebelumnya kami telah mengirimkan penjelasan tentang tema yang akan digunakan untuk SUMONAR pada tahun ini. Besok mereka (para seniman) akan memaknai bagaimana mereka melihat kotanya. Para seniman yang berasal dari luar Indonesia akan membawa perspektif mereka tentang kotanya masing-masing, yang direalisasikan ke dalam karya yang akan ditampilkan dalam SUMONAR 2019,” papar Raphael.

Dengan diselenggarakannya SUMONAR 2019 diharapkan akan menumbuhkan gagasan kreatif bagaimana memanfaatkan teknologi yang terdapat dalam video mapping mampu memberikan kontribusi besar terhadap diri manusia. Selama ini manusia tidak pernah terjebak oleh teknologi, melainkan manusia adalah makhluk yang paling berhak menentukan jalannya sendiri.

“Kali ini SUMONAR didukung oleh proyektor laser dari Epson yang berkekuatan hingga 25.000 lumens dengan rasio kontras hingga 2.500.000 berbanding. Dan ini bukan kali pertama bagi Epson mendukung pagelaran video mapping yang ada di Jogja. Tahun lalu misalnya, pada saat kami membuat karya seni digital pada bidang gedung Museum Bank Indonesia Jogja, Epson kami percaya untuk mengkolaborasikan antara mahakarya video mapping dengan teknologi terkini dari proyektor laser milik Epson. Dan kami berharap, semoga hal ini akan menjadi proses kolaborasi yang apik antara SUMONAR dan Epson,” pungkas Ari.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.