Seorang kawan hingga saat ini belum hilang rasa menyesalnya lantaran waktu Idul Fitri tahun lalu dia tak sempat tanya resep dan cara membuat kaasstengels pada tantenya. Kaasstengels buatan tantenya itu sangat enak dan tiap tahun selalu jadi buah bibir tetangga, keluarga terdekat, hingga di tiap pertemuan trah.
Tidak sampai lima bulan setelah Idul Fitri tahun lalu, si tante yang handal dan lihay membuat kaasstengels itu tutup usia. Seperti sudah disinggung tadi, walau tidak sampai menangis gero-gero, kawan saya itu terlihat sangat beduka, terpukul, dan menyesal.
Berduka karena kehilangan seorang tante yang baik dan meninggalkan banyak memori menyenangkan sejak kawan saya ini masih anak-anak. Terpukul karena tak menyangka kepergian beliau secepat ini. Menyesal karena saat Idul Fitri tahun lalu, sudah dianjurkan untuk belajar atau setidaknya mencatat resep dan cara membuat kue keju khas ala tante ini. Tapi kawan saya ini, waktu itu nggampangke. Pikirnya, toh besok-besok atau nanti-nanti pas selo, masih bisa sowan ke tempat tante itu untuk menimba ilmu per-kaasstengels-an.
Tapi semuanya sudah berlalu, tak hanya tante baik itu yang meninggalkan kawan saya itu, tapi resep dan cara membuat kue keju andalan hari raya yang menjadi buah bibir banyak khalayak karena rasanya yang dahsyat juga ikut pergi. Menghilang karena belum sempat diteruskan pada generasi yang lebih muda.
Saya juga punya pengalaman mirip-mirip kawan saya itu. Ternyata baru saya ketahui kemarin ini, peyek buatan simbah saya itu jaman dahulu jadi buah bibir di seputaran kawasan pedukuhan Pereng, Degolan, Carikan, dan Cabean di Lendah – Kulon Progo sana karena rasa dan kerenyahannya yang dahsyat. Istimewanya lagi, simbah saya hanya membuat peyek itu pada saat lebaran.
Tak heran obrolan ringan seputar peyek tersebut akan mulai santer terdengar beberapa hari menjelang lebaran, dan beberapa hari setelah lebaran. Khusus yang setelah lebaran, obrolan tentang peyek ini akan sedikit bertahan lebih lama di orang-orang yang ndilalah kehabisan peyek waktu berkunjung ke rumah.
Sayang seribu sayang, di antara kami semua putra-putri dan cucu-cucu simbah ya ndak sempet tanya dan mencatat tips dan trik membuat peyek dahsyat ala beliau itu. Sehingga saat ini yang masih tersisa hanyalah cerita-cerita di beberapa orang-orang tua, laki-laki dan perempuan, yang mengenang betapa jaman mereka kecil dulu sebelum berangkat ke rumah simbah, dipeseni untuk tidak lupa mencicipi peyek, syukur-syukur bisa membawakan barang sekeping – dua keping untuk dibawa pulang.
Jadi, mumpung masih dalam suasana lebaran, masih berkumpul dengan sanak keluarga, lengkap dengan orang-orang yang dicintai, tidak ada salahnya kita datang bertanya, mencatat, dan belajar cara memasak/mengolah panganan khas keluarga yang unik, enak, langka, dan dahsyat, pada ibu, tante, nenek, paman, atau siapapun yang memiliki tangan dingin mencipta hidangan istimewa itu.
Karena rasa kasih dan silaturahmi selain ditunjukkan dengan bersalam-salaman seperti orang-orang pada umumnya, juga bisa kita tunjukkan dengan memberikan apresiasi terhadap kerja keras mereka memasak dengan cara bertanya, belajar, dan mencatat resepnya.
Selamat melaksanakan dan semoga sukses melestarikan resep-resep andalan Idul Fitri rahasia keluarga.
Selamat Idul Fitri 1438 H. Mohon Maaf Lahir dan Batin!
Leave a Reply