Depot sate gule Sopongiro nampaknya pilihan tepat jika teman-teman kelaparan saat kurang dari 5 Kilometer dalam perjalanan dari Pamekasan menuju Sumenep di Madura.
Posisinya depot ini ada di sisi kiri jalan kalau kita dari arah Pamekasan menuju Sumenep. Saya tahu tempat ini saat beberapa waktu lalu diajak mampir oleh kawan-kawan saat sedang berkunjung ke Pulau Garam ini.
Pendapat ini muncul karena beberapa alasan. Pertama, ketika beberapa kali berkunjung di depot sate gule kambing ini, banyak kendaraan besar berisi rombongan dari Pamekasan, Sumenep, bahkan Bangkalan, mampir di sini.
Kedua, menurut penjualnya warung ini buka selama 24 jam tiap harinya dan hanya tutup saat lebaran Idul Fitri, karena mungkin penjual dan para pegawainya pada mudik. Serta Idul Adha, karena mungkin nyaris semua rumah tangga dapat pembagian daging, sehingga sangat sedikit yang selo beli sate atau gule lagi.
Ketiga, dari sisi kemasan dan rasa, apa yang dihidangkan depot sate gule Sopongiro ini adalah semacam upgrade dari sate klathak khas Yogyakarta. Bukan berarti sate klathak kalah enak lho ini.
Mungkin ada yang berpendapat ini agak berlebihan, tapi yang jelas default bakaran warung sate ini sangat mirip dengan bakaran gaya sate klathak. Hanya saja karena menggunakan tusuk sate biasa, potongan dagingnya tidak sebesar sate klathak yang relatif lebih besar karena tusuk satenya dari ruji sepeda.
Walau demikian, tekstur dan rasa dagingnya benar-benar mirip sate klathak. Juicy dan tidak alot. Satu porsinya ada 10 tusuk kalau tidak salah hitung.
Namun kalau ingin satenya dibakar seperti umumnya sate-sate Madura yang biasa ditemui di tempat-tempat lain, kita tinggal bilang “dibakar kering”, gitu.
Agak bedanya lagi dengan sate klathak, sate ini disuguhkan di atas piring kecil. Di dalamnya ada bumbu sate yang terdiri dari saus kacang campur kecap manis dan irisan-irisan bawang merah.
Buat yang ingin merasakan kemurnian rasa sate ini sebelum tersentuh bumbunya, bisa juga order agar dihidangkan terpisah dengan bumbunya kok.
Upgrade lain yang dimiliki sate gule Sopongiro ini adalah kuah yang menyertai sate kambing ini.
Kalau di sate klathak (dan sate matang di Aceh) biasanya kuah gule-nya kosongan, alias cuma kuah aja, tidak ada isinya. Nah, kalau di depot sate gule Sopongiro ini gulenya ada isinya. Maksudnya isinya di sini ya ada potongan tulang yang masih dilekati daging.
Karena gulenya dimasak serius (nampaknya karena ini juga salah satu menu yang ditawarkan depot ini), daging yang menyertai kuah gule itu juga istimewa.
Selain mirasa karena bumbunya meresap, juga daging yang masih melekat di tulang itu sangat pasrah, sehingga mudah lepas dari tulangnya saat dipisahkan dengan sendok garpu, atau ketika langsung kita brakot atau cucrup.
Benar-benar lokasi mampir makan yang sempurna di sela perjalanan panjang yang ditempuh. Apalagi kalau mampir di sini di malam hari saat udara dingin.
1 Pingback