Bertemu teman, menemukan kawan

Pengumuman

MKF 2020 ditutup dengan pengumuman 4 kategori juara

Matra Kriya Fest (MKF) 2020 ditutup dengan pengumuman 4 kategori juara di Pendhapa Art Space, Jogjakarta

Para pemenang Matra Kriya Fest 2020, Dewan Juri dan perwakilan Dinas Kebudayaan DIY. (Foto: Dok. MKF 2020)

Matra Kriya Fest (MKF) 2020 ditutup dengan pengumuman empat kategori juara di Pendhapa Art Space, Jogjakarta, Senin lalu (23/11). Empat kategori tersebut yaitu karya terbaik, karya inovasi dan kreasi terbaik, serta satu karya local content terbaik.

Sebelum menjadi pemenang, karya-karya tersebut harus masuk ke dalam 40 karya yang dipamerkan di pameran Matra Kriya Fest (MKF) 2020 ini, untuk kemudian disaring menjadi 12 nominasi.

Musyaffa salah satu kurator menjelaskan, “Unsur-unsur terutama komposisi juga nilai fungsi pada karya sangat dipertimbangkan. Apa yang dipahami dari kriya selama ini semisal material, keterampilan kerja tangan, fungsi, serta nilai seni yang berhubungan dengan ekspresi, jadi dasar penilaian.”

Pemenang karya terbaik yaitu Adek Dimas Ajisaka dengan karya “Gunungan Nusantara”. Karyanya mengambil konsep gunungan dalam pagelaran wayang kulit yang merepresentasi tatanan kehidupan yang merupakan simbol keanekaragaman yang menyatu harmonis dalam ruang kehidupan.

Spirit keanekaragaman inilah yang melatarbelakangi penciptaan atas karya tersebut. Kekayaan budaya dan sumber daya alam nusantara secara visual digambarkan lewat tokoh Semar yang diartikan sebagai kebijaksanaan. Sedangkan daun jati sebagai media penciptaan karya merupakan kontektualisasi kekayaan hayati alam Indonesia.

“Friendly For Disaster” karya Thoha Amri Abdillah mengantarkannya memenangkan kategori karya local content terbaik. Karya ini merekam nusantara yang menjadi jalur cincin api dunia. Ketangguhan dan sikap sabar masyarakat menghadapi bencana seperti tsunami, gempa bumi, dan gunung meletus, ia tuangkan lewat ukiran kayu dengan sentuhan warna dan goresan tumbuh-tumbuhan yang kental nuansa tradisional.

“Saya menyusun dan mematangkan konsep dan merealisasikannya dalam bentuk karya. Kriya menurutku sebagai akar dan dasar seni rupa nusantara, seni yang paling dekat dengan masyarakat secara kultur. Ada banyak hal yang bisa divisualisasikan karena kebudayaan nusantara tidak ada habisnya. Terus berkembang dalam berpikir, membuat karya yang lebih inovatif merupakan tantangan bagi saya dan seniman lainnya,” imbuhnya.

Sedangkan karya Stefanus Bintang Kumara berjudul “Ngadu Jago Marang Bopo” membawanya meraih juara kategori karya inovasi dan kreasi terbaik. Karyanya ini berangkat dari kepedulian akan wayang beber yang mulai luput dari perhatian masyarakat. Hal tersebut memunculkan ide kreatif untuk mengembangkan dan mengubah struktur dari wayang beber pada umumnya. Pembaruan ini merupakan sebuah penggabungan antara wayang beber dengan batik. Wayang beber sebagai sebuah ide dalam penciptaan karya seni batik dengan mengangkat cerita-cerita yang ada di Nusantara. Karyanya bertujuan memperkenalkan kembali wayang beber sebagai edukasi melalui kesenian.

Pertemuan dan percampuran dua kebudayaan yang terinspirasi dari kedua orang tuanya, bapak yang berasal dari Papua dan ibu dari Yogyakarta menginspirasi Lejar Daniartana Hukubun menciptakan karya “Wayang Papua merek KK. Lejar”. Karyanya ini memenangkan kategori karya terfavorit.

“Dari dua kutub kebudayaan yang digabungkan tersebutlah lahir hal baru seperti yang dilakukan juga oleh Steve Jobs. Selain itu, karya saya juga terinspirasi dari pemikiran yang ada dalam buku Seni dan Daya Hidup dalam Perspektif Quantum yang ditulis oleh M. Dwi Marianto. Pandemi memiliki sisi positif, saya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sehingga bisa fokus dalam memikirkan konsep dan membuat karya ini. Acara MKF 2020 sangat istimewa karena peduli terhadap perkembangan seni kriya dan menumbuhkan semangat berkesenian,” ujarnya.

Rosanto Bima selaku Ketua Pelaksana MKF berharap pandemi segera berakhir dan MKF di tahun mendatang bisa terlaksana kembali.

“Semoga dari terselenggaranya ajang kriya ini bisa muncul karya fenomenal dan bisa menjadi kompetisi kriya tingkat internasional yang membanggakan bagi Indonesia dan Yogyakarta. Kami berharap di MKF selanjutnya seniman muda kriya dari Sabang sampai Merauke ikut andil dan menghadirkan karya-karya baru yang segar. Selamat untuk para pemenang, tetap berkesenian dan menghasilkan karya yang monumental,” harapnya.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.