Pameran Seni Rupa “Akar Hening di Tengah Bising” adalah salah satu bagian dari rangkaian kegiatan Festival Kebudayaan Yogyakarta 2020 – Mulanira 2.
Pameran ini dapat dinikmati pengunjung melalui dua metode kunjungan, yaitu kunjungan virtual dengan konsep 360° melalui situs www.fkymulanira.com dan kunjungan langsung terbatas di Kompleks Museum Sonobudoyo pada 21 – 26 September 2020 pukul 10.00-18.00 WIB.
Tampil karya 33 seniman dengan beragam medium karya di Pameran Seni Rupa ‘Akar Hening di Tengah Bising’ ini, mulai dari lukisan, patung, instalasi, fotografi, audio visual, dan performance.
Para seniman yang berpartisipasi tersebut adalah, Tedjo Badut, Wok The Rock, Timoteus Anggawan Kusno, Yuli Prayitno, Popok Tri Wahyudi, Ampun Sutrisno, Wimo Ambala Bayang, Wisnu Auri, Nanik Indarti, Yuvita Dwi Raharti, Andreas Siagian, FA Indun, Fitri DK, Ferial Affif, Alie Gopal, Ficky Tri Sanjaya dan Aik Vela Prastica, Chrisna Fernand Handiwirman, Abdi Setiawan, Bioscil, Pewarta Foto, Marten Bayu Aji, Chandra Rosellini, Widi Pangestu, Terra Bajhraghosa, Kokok P Sancoko, Galih Johar, S. Teddy Darmawan, Pupuk Daru Purnomo, Sugeng Oetomo, Ignasius Kendal, dan The Freak Show Men.
Salah satu kurator FKY 2020 Lisistrata Lusandiana menjelaskan, karya para seniman yang dipamerkan berangkat dari semangat Akar Hening di Tengah Bising. Pemilihannya pun melalui pertimbangan yang mengombinasikan unsur rasional dan instingtif.
“Kami memilih para seniman ini karena melihat greget karyanya, stamina dalam berkaryanya, karyanya itu sendiri, laku kekaryaannya, serta statement dan cerita dari karya itu,” ujar Lisis.
Salah satu karya yang dihadirkan di pameran ini berupa Arca Siluman Macan, yang jika diamati sekilas, seolah arca tersebut merupakan satu kesatuan dengan Museum Sonobudoyo. Kemudian jika mengarahkan kamera telepon genggam ke QR Code, kita akan melanjutkan petualangan kita ke https://siluman.tanahruncuk.org/
Sementara itu karya Terra Bajraghosa memilih memadukan karya seni visual modern yang diramu dari benda-benda yang bisa kita temukan di sekitar kita. Bungkus teh, yang biasanya kita buang dan abaikan, oleh Terra Bajhraghosa, masih disimpan dan diolah menjadi karya.
“Setiap seniman memang punya keunikan tersendiri dalam setiap karyanya. Namun berangkat dari tema Akar Hening di Tengah Bising itu sendiri ada unsur sederhana dan puitis yang coba disampaikan ke penikmat seni,” ungkap Lisis.
Menurutnya, pameran seni rupa tahun ini lebih menantang, selain memberlakukan konsep baru dalam kunjungannya, juga ada beberapa karya yang ‘challenging’, karena estetikanya sesungguhnya hadir melalui komunikasi antar manusia, bukan di ruang pameran. Seperti karya berjudul ‘Share with You’.
Salah satu seniman yang berpartisipasi Chandra Rosellini, mengaku senang dapat bergabung dalam pameran kali ini. Tak tanggung-tanggung, Chandra memilih menghadirkan karya yang bercerita tentang dirinya sendiri.
Kesan depresif dan tidak bisa mengontrol diri sendiri tampak dalam karya lukisannya. Ia melukis dengan arang dipadukan dengan pensil dan cat air di atas kanvas.
“Kenapa arang, arang ini juga menggambarkan diri saya dan mungkin juga manusia lain yang sangat rapuh,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, “Ini pertama kalinya saya bisa bergabung dalam event besar seperti FKY. Akhirnya saya memilih karya yang jujur menurut saya, menceritakan tentang identitas saya yang lahir berbeda dari orang pada umumnya. Karya ini juga sesuai dengan tema Akar Hening di Tengah Bising itu sendiri.”
Menurut Kurator FKY Prihatmoko Moki, Chandra merupakan seniman yang unik dan kreatif karena membuat karya yang dimulai dari hal yang paling dekat dengan dirinya sendiri. Termasuk berani mengungkapkan identitasnya dalam sebuah karya.
Sementara itu untuk mengenal BIOSCIL yang juga merupakan salah satu peserta pameran ini, dapat disimak di sini:
Atau bisa juga melalui kanal YouTube ini:
The Freak Show Men turut hadir dalam Pameran Seni Rupa ‘Akar Hening di Tengah Bising’ ini dengan menampilkan seni pertunjukan yang berjudul Piknik Seru Rabu Sore pada 23 September 2020. Dimainkan oleh Babam Zita dan Arvenanda, The Freak Show Men mencoba mengkritisi isu dalam kehidupan sosial saat ini, seperti soal kebersihan, persoalan lingkungan, juga tentang keribetan orang saat akan menikmati makanannya.
“Ini juga menjadi sindiran bagi pengunjung pameran seni rupa yang kebanyakan datang ke pameran hanya untuk berfoto kemudian pamer di sosial media, namun tidak benar-benar menikmati karya-karya di pameran itu sendiri,” ujar Babam.
Direktur Kreatif FKY Gintani Nur Apresia Swastika menambahkan, pameran seni rupa ini memberlakukan tiga sesi dalam kunjungan langsung. Sesi I pukul 10.00 – 12.00 WIB, sesi II pukul 13.00 – 15.00 WIB, dan sesi III pukul 16.00 – 18.00 WIB.
Pada tiap-tiap sesi tersebut, diberlakukan pula pembatasan kunjungan, yaitu 30 orang per sesi dengan lebih dahulu melakukan registrasi serta diwajibkan mengenakan masker. Pengunjung dapat mengisi data diri, memilih tanggal, dan sesi kedatangan pada formulir pendaftaran Kunjungan Langsung di https://www.fkymulanira.com/pameran.
Sedangkan untuk kunjungan virtual, pengunjung dapat menekan tombol “Kunjungan Virtual” di laman tersebut dengan konsep 360°. Pengunjung dapat mengikuti arahan instruksi yang telah disediakan dan melihat detail karya pada laman situs tersebut. Khusus kunjungan virtual tidak dibatasi, pengunjung bisa menyaksikan 24 jam setiap harinya.
“Karena di tengah pandemi kami harus melaksanakan kegiatan sesuai protokol kesehatan yang ada, akan diberlakukan aturan selama kunjungan langsung ke pameran, seperti pemeriksaan suhu tubuh, pengaturan jarak orang, durasi lama kunjungan, dan jumlah pengunjung,” jelas Gintani
Selama penyelenggaraan pameran ini, FKY juga menghadirkan instalasi tata cahaya di luar gedung Museum Sonobudoyo yang bisa dinikmati pengunjung tanpa masuk ke ruang pameran pada 18.00-19.00 WIB.
Leave a Reply