Perbedaan Kampanye Hitam dan Kampanye Negatif itu ada dan nyata. Masyarakat dan bahkan media masih sering menganggap sama dua jenis kampanye yang berbeda ini.
Makin dekat tanggal pelaksanaan pemilihan presiden di Indonesia, makin banyak pula kampanye-kampanye yang berseliweran di kanan kiri rumah, sepanjang perjalanan ke kantor atau kampus, di media konvensional, dan bahkan di media sosial.
Banyak yang menikmati kehadiran pertarungan kampanye kedua calon tersebut, namun tak sedikit pula yang merasa gerah, bosan, dan sudah tak tahan lagi dengan makin seringnya lalu lalang kampanye di depan hidung mereka.
Sebagian lagi ada yang sebenarnya tidak masalah dengan makin santernya kegiatan kampanye tersebut. Mereka bisa maklum karena saat ini memang sedang musim pemilu, jadi wajar kalau media dan media sosial dibanjiri hal tersebut. Sama halnya saat linimasa dibanjiri riuh rendah para penggemar sepakbola saat Final Piala Champion atau saat Piala Dunia yang sebentar lagi digelar.
Namun ketika kampanye yang beredar sudah mulai menjurus ke “black campaign“, mereka mulai merasa tidak nyaman karena hal tersebut mereka anggap menyebarkan hal-hal negatif dari masing-masing calon.
Tapi sebentar, kira-kira yang mereka maksud “black campaign” tadi benar-benar kampanye hitam atau masuk kategori kampanye negatif ya? Apa perbedaan kampanye hitam dengan kampanye negatif?
Sebab berbeda dengan apa yang sering kita lihat di media tradisional dan media sosial, sesungguhnya ada perbedaan yang nyata antara black campaign (kampanye hitam) dan negative campaign (kampanye negatif), sehingga sesungguhnya kedua istilah tersebut tak dapat ditukarkan penggunaannya.
Hal ini semakin dikuatkan oleh apa yang disampaikan dosen saya sewaktu kuliah dahulu di halaman Facebook beliau:
Sehingga, penjelasan mengenai perbedaan antara Kampanye Hitam dengan Kampanye Negatif itu kurang lebih begini:
Kampanye Hitam alias Black Campaign adalah kampanye yang berisi kabar tak benar, berita rekayasa, atau gosip tanpa jelas sumbernya. Jadi singkatnya, black campaign ini isinya informasi hoax, bohong, dan dusta, yang dibuat untuk tentu saja bertujuan menjelek-jelekkan salah satu calon.
Contoh Black Campaign:
– Huruf H di depan nama X itu adalah singkatan dari “Hoax”.
– Si Y bisa kaya karena memelihara tuyul.
Sementara itu, yang disebut Kampanye Negatif atau Negative Campaign adalah kampanye berisi informasi benar dan tak dusta, yang jika disebarkan dapat menimbulkan efek negatif atau memberikan makna negatif pada salah satu calon.
Contoh Negative Campaign:
– Jokowi sebagai anggota PDI-P dikhawatirkan akan jadi boneka bagi Megawati yang menjadi ketua partai tersebut.
– Prabowo pernah diberhentikan dari TNI.
Bagaimana, sudah cukup jelas? Semoga kita tidak lagi menelan bulat-bulat apa yang disampaikan media pada kita, bisa lebih kritis menerima berita apapun yang belum pasti kebenarannya, dan tidak turut menyebarluaskan kabar berita bohong tentang calon lain hanya supaya calon jagoan kita nampak lebih baik.
Selamat memilih…
1 Pingback