Bertemu teman, menemukan kawan

Boga

Kebiasaan menambahkan kecap manis sebelum makan

soto sebelum kecap manis

Kebiasaan beberapa orang Indonesia membubuhkan kecap manis, sambal, jeruk nipis, dan sejenisnya terlebih dahulu ke makanan sebelum mencicipi rasanya terlebih dahulu. Ternyata untuk sebagian warga manca negara yang baru berkunjung ke sini adalah hal yang mengherankan.

Bahkan sebaliknya, saya menganggap kegiatan tersebut adalah salah satu dari langkah wajib dalam urut-urutan prosesi menikmati bakso, soto, atau mie ayam. Hal tersebut bahkan seringkali jadi langkah pertama yang dilakukan dalam dalam prosesi tersebut, bahkan sebelum berdoa.

Jadi urutannya adalah: soto/bakso/mie ayam dan hidangan sejenisnya sampai di meja – beberapa kali difoto sampai dapat hasil keren buat konten media sosial – ditambahkan kecap manis, saus, sambal, dan jeruk nipis – diaduk – berdoa – makan.

Sampai suatu hari si warga manca negara tadi makan bersama saya dan memergoki kebiasaan saya tadi.

“Bagaimana kamu tahu dan yakin takaran kecap dan saus itu pas, sehingga bisa mengubah rasa bakso jadi sesuai yang kamu inginkan?”

Warga manca negara yang heran

Alih-alih menegur, dia hanya bertanya dengan heran, “Bagaimana kamu tahu dan yakin takaran kecap dan saus itu pas, sehingga bisa mengubah rasa bakso jadi sesuai yang kamu inginkan?”

Sebelum dapat pertanyaan dari beberapa warga manca negara itu, tak pernah sama sekali tebersit di pikiran kalau sebenarnya kebiasaan tersebut “pada hakikatnya” memang agak aneh. (OK, kalau untuk membubuhkan kecap manis ke nasi tanpa dicicipi sebelum makan, masih masuk lah. Tapi kalau untuk rendang, sama sekali tidak!).

Bagaimana tidak aneh?

Lha wong kita belum tahu lho, semangkuk Bakso Pak Joyo ini rasa asinnya seberapa, gurihnya seperti apa, ada manisnya enggak, dan walau tidak pedas karena cabai tapi kita belum bisa memastikan kadar merica di kuah sebanyak apa.

Mungkin ada yang berpendapat, “Kan sudah lama jadi langganan Bakso Pak Joyo. Saya sangat hafal cita rasa bakso yang dihidangkan. Jadi tinggal menyesuaikan ukuran kecap, saus, dan sambal yang ditambahkan.”

Alasan tersebut memang masuk akal. Namun bisa saja kan pas dapat hari apes. Hari ketika cita rasa bakso itu tidak lolos QC. Mungkin karena Pak Joyo-nya berhalangan jadi yang mengolah bumbu-bumbunya si asisten yang belum se-maestro juragannya?

Bisa juga mungkin karena sedang tidak mood, banyak pikiran, kurang fokus, atau bahkan karena Pak Joyo lagi ingin kawin, kuantitas garam yang biasa ditaburkan mendadak bertambah beberapa kali lipat?

Singkatnya selalu terbuka kemungkinan cita rasa sebuah warung untuk karena satu dan lain hal berbeda dengan hari-hari biasa. Pada hari itu, menambahkan kecap dan kawan-kawannya tanpa mencicipinya bisa jadi malah menambah besar bencana kuliner hidangan yang sebentar lagi akan disantap.

Namun mungkin bisa jadi hal tersebut tidak begitu berpengaruh bagi orang-orang yang pada hakikatnya adalah pecinta kecap dan saus kecap. Sehingga tidak begitu peduli bagaimana rasa bakso, soto, atau mie ayam yang akan disantap.

Kawan-kawan mungkin sudah atau bahkan sering melihat orang-orang yang seperti itu.

Mereka-mereka yang biasanya nyaris memenuhi mangkok kosongnya dengan kecap dan saus. Sehingga warna kuah yang semula bening jadi nyaris hitam pekat.

Atau mereka yang mengambil satu mangkok kosong untuk diisi kecap dan saus tomat, kemudian ketika bakso tiba di mejanya masih tetap ditambah kecap dan saus. Sementara mangkok berisi kecap dan saus tadi, digunakan untuk cocolan bakso, bakso goreng, tahu, pangsit goreng, dan lain semacamya.

Kebiasaan serupa itu juga tak jarang ditemui di restoran siap saji, karena di sini tak ada kecap, maka diambil dengan kualitas agak berlebihan adalah saus dan sambal.

Sehingga saat mereka selesai makan, di meja mereka selain tertinggal tulang belulang ayam goreng, tersisa saus dan sambal yang tersisa nyaris sepiring penuh.

Sampai-sampai pernah melihat sebuah restoran siap saji memasang tulisan “Mohon ambil saus dan sambal secukupnya” di dekat tempat mengambil saus dan kecap.

Semoga kita dihindarkan dari hal yang demikian. Aamiiiin…

4 Comments

  1. Zam

    saya malah tidak pernah menambah kecap atau apa pun ke soto.. saya percaya dengan cita rasa soto yang disajikan si penjual.. beda urusan kalo sambal.. untungnya saya tidak doyan sambal.. 😆

    • kalau saya biasanya untuk mengetahui rasa asli soto, bakso, atau mie ayamnya Mas. Sebelum bergelimang kecap 😀

  2. imoskico12

    tak terpikirkan sebelumnya ……..

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.