Bertemu teman, menemukan kawan

Pengumuman

Pembukaan Platform Perupa Muda Biennale Jogja XV – 2019

Pembukaan Platform Perupa Muda Biennale Jogja XV 2019_Tactic_Portrait

Platform Perupa Muda Biennale Jogja XV BIENNALE JOGJA XV – 2019 berbaik hati memberikan undangan pembukaan pameran yang dilakukan kemarin, 1 Agustus 2019.

Awalnya karena kurang teliti membaca email undangan tersebut, sempat salah mengira kalau ini adalah acara pembukaan BIENNALE JOGJA XV – 2019-nya. Jadi sempat agak heran karena melihat timing-nya nyaris bersamaan dengan pembukaan ARTJOG 2019.

Ternyata ini adalah semacam kegiatan pre-event dari Biennale Jogja XV itu. Jadi yang ditampilkan di sini adalah karya-karya dari 16 seniman/kelompok seni yang merupakan bagian dari proses penjaringan seniman partisipan Biennale Jogja Equator #5, terutama yang berusia di bawah 35 tahun.

Pembukaan Platform Perupa Muda Biennale Jogja XV 2019_Siam

Pembukaan Platform Perupa Muda Biennale Jogja XV 2019 – Siam

Para seniman dan kelompok seni tersebut adalah Riski Januar, Barasub (Kelompok), Meliantha Muliawan, Rokateater (Kelompok), Eldhy Hendrawan, Marten Bayuaji, Fika Ria Santika, Noise Brut (Kelompok), Pendulum (Kelompok), TacTic (Kelompok), Yosep Arizal, Wisnu Ajitama, Agnes Christina, Kukuh Hermadi, Siam Candra Artista, Studio Malya (Kelompok).

Usaha penjaringan seniman muda ini tujuannya tak hanya untuk merangkul dan memberi ruang bagi seniman muda yang di Yogyakarta, tapi juga jadi cara menjalankan salah satu fungsi perhelatan ini, yakni usaha-usaha pendidikan seni.

Mungkin paragraf di atas harus dibaca oleh seorang anak muda (yang saya tidak kenal dan tak tahu namanya), yang dengan cueknya ketika masuk ruang pameran sempat berceletuk, “Artjog KW, nih!”

Niat awal dan tujuan akhirnya beda, Mas!

Kembali ke penjaringan artis-artis muda tadi. Tim kurator Biennale Jogja Equator #5 melakukan pendampingan intensif kepada 16 seniman/kelompok seni terpilih dalam pameran tersebut.

Sehingga karya-karya tersebut berkembang dan bahkan menemukan ide dan bentuk berbeda dari yang semula diajukan. Selain itu, meskipun para seniman berasal dari latar belakang yang beragam, karya-karya tersebut coba direlaikan dengan narasi pinggiran, yang menjalin Biennale Jogja Equator #5 Indonesia bersama Asia Tenggara ini.

Karya-karya dalam pameran ini menyoal isu-isu terkait sejarah, arsip, mitos, seni dan kebudayaan tradisional, lingkungan, medium karya, dan persoalan hidup kekinian.

Misalnya, berupa performans yang berangkat dari cerita panji. Ada yang mengangkat tentang pulung gantung, kepercayaan masyarakat lokal di Gunung Kidul. Karya yang menyinggung soal kesenian ludruk yang berangkat dari observasi di Parangkusumo. Kisah tentang sebuah studio foto di Jember juga hadir dalam salah satu karya di pameran ini. Dua karya lain yang juga menggunakan pendekatan arsip masing-masing berangkat dari naskah Jawa kuno dan kitab kuning.

Sementara itu karya-karya yang menyoal isu lingkungan antara lain berangkat dari riset artistik tentang Sungai Brantas dan tentang siklus daur ulang sampah. Atau karya yang merepresentasikan kaitan antara kondisi alam dan laku mengambil pasir untuk industri. Narasi-narasi sejarah juga ada, misalnya karya-karya yang berangkat dari persoalan 1965.

Sedangkan persoalan-persoalan hidup kekinian hadir antara lain dalam karya-karya yang menyinggung soal pusat perbelanjaan dan waktu istirahat, game online, serta pariwisata.

Karya-karya yang mengangkat tentang medium misalnya bisa dilihat dalam lukisan yang menyinggung soal mooi indie atau lewat dua buah karya instalasi (masing-masing kayu lapis dan songket) yang secara medium terlanjur sering diasosiasikan dengan kerajinan.

‘Dari Batu, Air, dan Alam Pikir… untuk Udara dan Kehendak Bebas Manusia’ yang jadi tema pameran ini dapat diartikan sebagai ungkapan merangkum narasi dan bentuk yang beragam dari pameran ini.

Nantinya, karya-karya yang merangkum dan narasi beragam di pameran ini akan melalui proses penjurian untuk memilih 5 karya yang selanjutnya dikembangkan dan diikutkan dalam pameran utama Biennale Jogja Equator #5 di Oktober mendatang.

Pameran Platform Perupa Muda Biennale Jogja XV BIENNALE JOGJA XV – 2019 yang dibuka pada Kamis, 1 Agustus 2019, pukul 19.00 WIB kemarin, akan berlangsung sampai 20 Agustus 2019. Hari Senin – Sabtu, pukul 10.00 – 17.00 WIB di di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.