Iya sih, memang udah telat dan cenderung basi, ya lebih karena ndak sempet nulis sih. Tapi ndak papalah mari kita coba menulis tentang sawer-menyawer ini.
Jadi kan, beberapa waktu lalu makin kenceng kabar ada orang gedean yang kebongkar korupsi dan mengeceh-ceh duit ke banyak perempuan.
Katanya sih tanda pertemanan atau persahabatan atau apalahh.. Tapi ya tetep agak susah saya terima akal sih. Mosok tanda pertemanan sampe sepuluh juta, ada juga yang sampe ngasih mobil. Ing atase cuman buat berteman gitu lho.. Kasian, pasti orang itu waktu kecilnya dijauhi oleh kawan-kawan sekolahnya dan susah berkawan, sehingga untuk bisa dapet teman sampe mengeluarkan biaya sebesar itu.
Tapi mari kita lupakan itu, kita fokus pada kecenderungan orang gedean ini yang nyah-nyoh dalam memberikan uang dan barang-barang mewah ke perempuan yang dekat dengannya.
Ketika melihat banyaknya rupiah dan lancarnya pemberian uang serta barang-barang mewah itu, saya langsung teringat pada budaya saweran yang sudah hidup sejak jaman dahulu kala.
Makna sawer menurut KBBI daring adalah “meminta uang pada penonton, atau penonton yang memberi uang pada pemain atau orang yang melakukan pertunjukkan.” Kemudian seringnya, sawer dimaknai sebagai pemberian uang dari penonton kepada orang yang melakukan pertunjukkan.
Dulu lelaki-lelaki sering memberi sawer kepada para penari tayub, saat mereka mendapat kesempatan menari bersama para penari yang kewes dan menggemaskan itu. Cara memberikan sawernyapun unik, yaitu dengan cara menyelipkan lembaran-lembaran uang ke balik kemben sang penari, tepat di bagian cleavage-nya. Ya tentu saja ini sekalian mbathi ya..
Karenanya, tak jarang terjadi keributan antara para lelaki karena memperebutkan kesempatan nayub (dan tentu saja kesempatan nleseb-nlesebke duit) dengan penari yang menjadi primadona dalam sebuah pertunjukkan tayub.
Mengingat seru dan berharganya kesempatan untuk bisa menyawer ini, tentu saja lembaran kertas yang diberikan tidaklah kecil, minimal uang pecahan terbesar kedua yang beredar pada saat itu.
Lagian, bayangkan jika kita ingin menyawer misalnya sebesar seratus ribu rupiah, namun dalam bentuk recehan lima ratus rupiah, dan ditlesepkan di kemben penari. Selain membuat penari tidak luwes bergerak, juga risiko kemben-nya mlotrok pasti lebih besar karena beratnya recehan-recehan tersebut to?
Seiring dengan majunya perkembangan, sekarang kegiatan sawer juga dapat kita lihat pada pertunjukkan-pertunjukkan musik dangdut.
Metodenya kurang lebih sama, lelaki yang menyawer ikut naik panggung, berjoget bersama, namun bedanya, kalau dulu para lelaki menyelipkan sejumlah uang ke kemben penari tayub, sekarang para lelaki tersebut menaburkan (iya, literally menaburkan), sejumlah uang pecahan seratus ribu rupiah ke penyanyi dangdut yang sedang beraksi. Ini bisa dicek sendiri deh, di youtube banyak kok.
Namanya juga menaburkan uang, maka tentu saja jumlahnya tidak kecil, satu juta rupiah itu terhitung kecil dan tidak ada apa-apanya.
Saya sampai tidak habis pikir, lelaki-lelaki itu pekerjaan sehari-harinya apa sih, kok bisa dengan entengnya menaburkan uang sekian banyaknya hanya untuk sawer. Karena percaya atau tidak, di sebuah kota tempat dulu saya pernah bekerja, ada seorang petugas parkir yang setidaknya seminggu sekali menyaksikan pentas dangdut dan sekali sawer bisa menghabiskan uang minimal dua juta rupiah. Ing atase petugas parkir lho itu..
Hal yang tidak habis pikir lagi adalah, uang sebesar itu dihabiskan hanya untuk sawer, udah.. Ndak ngapa-ngapain lagi… Maksudnya, ayolaahh.. Bayangkan kalo kalian lelaki itu, yang menghabiskan uang dua juta lebih, untuk perempuan yang benar-benar seksi dan menggoda, dan semua itu hanya untuk ditabur-taburin uang aja? Sampai sini logika saya bener-bener ndak nyampe deh…
Bukannya mau mengajak berbuat yang tidak-tidak sih, tapi sebenernya saya mau ngomong, ketidaksampaian logika saya tentang para lelaki penyawer itu, sama tidak sampainya logika saya pada seorang penggede yang mengaku memberikan uang sepuluh juta dan mobil hanya untuk tanda pertemanan.. Masuk logika endak? Ada yang percaya?
Keterangan: Gambar di atas hanya contoh saja milik seorang kawan, sebut saja Bunga. Uang receh juga hanya contoh, tidak bakal ditlesepkan di balik kemben.
Leave a Reply