Akal-akalan video pariwisata Korea Selatan ini sebenarnya tulisan yang lama mengendap di draft. Tepatnya sejak beberapa hari setelah pengumuman pemenang UNWTO Tourism Video Competition 2017 lalu.
Kalau ada yang lupa, mari segarkan ingatan kita dengan menyaksikan kembali video “Wonderful Indonesia” yang menyabet posisi terbaik untuk Region of East Asia & the Pacific, serta merebut Peoples Choice Award. Heibaaaat kan kita? Sedunia je.
Sayangnya entah mengapa, link resmi video kebanggan kita itu sudah tidak dapat diakses lagi melalui YouTube. Kalau tidak percaya silakan coba, siapa tahu ada keajaiban. Silakan klik di sini.
Sambil menanti keajaiban, untunglah ada yang masih menyimpan video tersebut kemudian mengunggahnya. Sehingga bisa kita saksikan bersama-sama di sini:
Nah, di tengah kebanggaan itu, saya penasaran dengan video-video negara lain yang jadi pesaing kita di kompetisi itu.
Diawali dari video-video juara dari region-region lain yaitu Tunisia untuk region Afrika, Chili untuk region Amerika, Bhutan untuk Asia Selatan (yang kalau teman-teman lagi ada di wilayah Indonesia pakai provider biasa, sangat mungkin tak bisa dibuka karena Vimeo masih diblok 😀 ), Yunani untuk Eropa, dan Mesir untuk Timur Tengah.
Tak cukup hanya itu, saya melihat video-video negara-negara lain yang bukan pemenang tapi menurut saya jadi tujuan wisata idola di dunia seperti Hong Kong, Perancis, Swiss, Jepang, dan Maldives.
Sama seperti video-video negara pemenang lain, video negara-negara tersebut juga menawarkan keindahan alam dan budaya mereka.
Jadi layaknya seperti etalase video yang memajang keindahan alam, seni, budaya di supermarket digital pariwisata dunia. Mereka menawarkan dagangannya yang dikemas cantik berharap para pembeli tertarik dan kemudian menikmatinya.
Korea Selatan yang nyeleneh
Nyaris semua negara kemasan videonya seperti yang disebutkan tadi. Kecuali satu yang agak beda. Korea Selatan!
Singkatnya, di video ini Korea Selatan tidak secara vulgar menawarkan diri dengan cara: “Ayo berwisatalah ke negara kami. Kami punya pemandangan alam dan kebudayaan yang keren lho…”
Alih-alih menawarkan produk-produknya (dalam hal ini keindahan alam dan budaya) ke calon “pembeli”, Korea Selatan “memajang” orang yang pernah “membeli” produk mereka.
Memajangnya tidak asal pajang, sehingga jadinya tampil megah tapi kurang relate dengan penonton videonya.
Melainkan memoles sedemikian rupa dengan kemasan drama a la drama Korea lengkap dengan para aktor dan aktris yang rupawan itu, baru kemudian ditawarkan ke calon pembeli lainnya.
Singkatnya, di video ini Korea Selatan tidak secara vulgar menawarkan diri dengan cara: “Ayo berwisatalah ke negara kami. Kami punya pemandangan alam dan kebudayaan yang keren lho…”
Tapi dengan cara: “Nih, Si A udah pernah berwisata ke negara kami, dan dia sangat terkesan. Buktinya sesampainya dia kembali ke negaranya sendiri, dia masih posting hal-hal yang sangat berkesan banget.”
Tidak berhenti sampai situ, si Korea Selatan ini masih menambahkan: “Nah, kalau kalian juga berwisata ke negara kami seperti si A ini, sangat mungkin kami akan memperlakukan kalian dengan sangat spesial, seperti apa yang kami lakukan ke si A ini.”
Saking fokusnya ke Thailand, saat awal membuka video pariwisata Korea Selatan ini ini saya sempat berpikir jangan-jangan ada kesalahan peletakan video di situs UNWTO Tourism Video Competition (yang sekarang halaman situs ini entah raib ke mana).
Bagaimana enggak, aksara pertama yang muncul bukan aksara latin, ataupun hangeul (aksara Korea), melainkan aksara Thai!
Lalu voice over-nya juga bahasa Thailand, talent utamanya juga orang Thailand!
Wajar kan kalau awalnya berprasangka buruk kalau “Wah, salah tempat nih… Harusnya ini video promosi wisata Thailand, bukan Korea Selatan.”
Namun setelah menonton sampai habis, ternyata benar! Ini adalah murni akal-akalan Korea Selatan, yang fokus mempromosikan produk wisatanya ke publik Thailand.
Ide dasarnya pun unik. Video itu tidak secara langsung mengajak penontonnya untuk datang mengunjungi Korea Selatan, dengan “mengiming-imingi” penonton keindahan atau keseruan apa yang akan diperoleh nanti di negara mereka. Seperti nyaris seluruh video peserta kompetisi lainnya.
Pendekatan Korea Selatan bisa dibilang kebalikannya. Bukan mengundang orang datang secara acak, melainkan dengan “mendatangi” para calon konsumen potensial.
Calon-calon konsumen potensial tersebut lantas tidak diiming-imingi keindahan dan keseruan Korea Selatan tanpa didasari konteks apapun sama sekali. Melainkan dengan memberikan contoh cerita pengalaman warga Thailand yang sudah pernah ke negara tersebut, dan bagaimana si warga Thailand ini sangat terkesan, kagum dan ingin kembali berwisata ke sana.
Tak hanya berhenti di situ, di video ini Korea Selatan juga menunjukkan bagaimana mereka akan men-treatment warga Thailand yang pernah berwisata ke Korea Selatan tersebut, dengan memberikan tiket penerbangan untuk kembali berwisata ke sana.
Maka dari itu, tak heran kalau tagline pariwisata Korea Selatan dalam berpromosi waktu itu bukan “Visit Korea!”, melainkan “KOREA Visits You!”.
Jadi bukan ngajak-ngajak orang secara random mengunjungi Korea Selatan, melainkan Korea Selatan yang datang mengunjungi para calon wisatawan yang berminat dan berpotensi tergerak hatinya berkunjung setelah mendengar pengalaman-pengalaman berwisata yang menyenangkan dari orang-orang yang dekat dan relate dengan mereka.
Lalu bagaimana hasilnya?
Seperti kita tahu. Jelas di ajang UNWTO Tourism Video Competition, video pariwisata Korea Selatan keok dengan kita, Indonesia, untuk region Asia Timur dan Pasifik.
Apalagi untuk masuk ke People Choice Award. Pasti jauh tertinggal. Lha wong total jumlah penduduk Thailand ditambah Korea Selatan sekitar 120 jutaan orang. Bandingkan dengan Indonesia yang sekitar 260 jutaan orang. Kalau voting ya jelas menang kita lah.
Lalu bagaimana nasib “si malang” Korea Selatan setelah kompetisi video tadi?
Mereka hanya menikmati peningkatan jumlah kunjungan wisata ke negara mereka dari 13,34 juta wisatawan di tahun 2017, tahun pelaksanaan kompetisi video itu, menjadi 15,35 juta wisatawan di tahun 2018. Ini berarti ada peningkatan sebesar 2,01 juta wisatawan.
Sementara untuk Indonesia, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun tahun 2017 yang berjumlah 14,04 juta kunjungan, meningkat menjadi 15,81 kunjungan pada tahun 2018. Berarti meningkat sebesar 1,77 juta wisatawan.
Ndak papa peningkatan kunjungan wisatawan mancanegaranya kalah banyak dari Korea Selatan, yang penting bisa menang video kompetisi lewat voting, kan?
morishige
Emang beda banget ya Mas… Videonya Wonderful Indonesia kayak narsis gitu, dan ngiming-imingi banget. (Padahal akses ke tempat-tempat yang dipamerkan di video itu kalau enggak susah ya mahal. Atau memang yang disasar cuma pelancong-pelancong kelas atas?)
Videonya korsel ini malah dapet banget dan pas banget buat promosi. Yang disasar hati soalnya. Kalau hati sudah kegatuk, bakalan susah buat lari. Apalagi sekarang, kayaknya, zaman user experience. Cocok banget ini.
temukonco
Nah, gimana akses ketempat wisata yang kurang dijelaskan itu tak jarang membuat wisatawan jadi agak kecewa. Karena ada yang lokasinya susah dicapai, harga mahal, atau tidak tersedianya sarana akomodasi yang memadai di dekatnya.
Saya juga pertama kali nonton video itu, terus berkaca-kaca e. Wah bener-bener ini, kekuatan pembuatan film Korea Selatan, digabung cara bercerita Thailand yang sering menyentuh, hasilnya jadi keren gini.
snydez
mesir itu bukan region afrika ya?
*ngoment gak penting 😛
temukonco
yak tepat sekali… saya juga mikirnya gitu Mas. Ini keliatannya Mesir itu masuk di Afrika deh… 😀
Hastira
strategi yg jitu kali ya
Fitri
Saya baru liat untuk yg video edisi itu.
Tapi emang strateginya aneh si Korsel ini. Tapi meskipun aneh tapi sederhana gak neko-neko. Yang mereka dekati adalah sisi psikologis penonton. Jadinya seru juga.
Disamping mungkin karena Korsel sendiri (sepertinya) sudah terlalu sering promo dengan tag-line ‘visit’ dengan menonjolkan pariwisata dan atau menggunakan artis sebagai model promonya seperti yang pernah saya liat video promosi Fly to Seoul tahun 2010. Kala itu mereka menggunakan boygroup 2PM sebagai model hingga memiliki theme song tersendiri yg juga dinyanyikan oleh si artis model.
Jadi ya rasa-rasanya mungkin mereka sedang mencoba pendekatan baru. Hehehee….
Btw, salam kenal Mas.
Saya baru berkunjung ke blognya mas ini.
Saya tahu dari grup Warung Blogger… 🙂
temukonco
Hai Mbak Fitri…
Salam kenal juga ya…
Benar sih, kalau diliat dari pendekatannya, video iklan seri “Korea Visits You!” ini beda dengan video-video iklan pariwisata Korea Selatan lainnya yang biasanya menggunakan anggota boyband dan girlband K-Pop.
Saya malah sempet mikir ini ada kerjasama pihak Thailand-nya juga. Karena biasanya Thailand yang jago bikin iklan-iklan “tearjerker” kayak gini deh.
Terima kasih dan salam kenal ya Mbak… Sampai jumpa lagi di grup Warung Blogger 😀
Zam
ini jurinya boomer yak? 😆 tapi asli, video wisata Indonesia ini kayak ngga berubah sejak zaman Joop Ave.. dan mungkin itulah yang jadi kunci sukses videonya Indonesia. cuma yang kusayangkan adalah kenapa lagunya itu?? mungkin liriknya sesuai, tapi aku aku lebih suka dengan lagu iklan rokok Bentoel, yang I love the blue of Indonesia ituu..
untuk yang Korea, aku ngga dapat sih kesannya. konsepnya unik, tapi aku ya ngga merasa tertarik, dan malah seperti mengejek Thailand kesannya.. 😆
soal Korea ini, di Berlin pernah ada karnaval kebudayaan, dan memang Korea ini sangat megah dan wah sekali saat tampil. aku yang nonton itu jadi pengen ke Korea! cuma sangat disayangkan, strategi video yang diusung kurang greget kalo menurutku. padahal kalo misal mereka mengangkat budaya-budaya mereka, aku yakin Indonesia bakal punya lawan yang tangguh.
untuk kategori Amerika, aku penasaran dengan Brasil.. karena Brasil menurutku juga tak kalah cantik! ini juga karena aku nonton karnaval yang mana grup Brasil ini luar biasa dengan goyang sambanya!
temukonco
Nggak pake juri, Mas. Tapi pakai voting wong sak dunia. Ha ya cetha wong Indonesia ngawu-awu nek kon voting, to? Wahihihi…
temukonco
Oh iya, banyak juga yang menyayangkan kenapa lagunya bukan pakai lagu Indonesia. Dan benar ada yang menyarankan mending pakai lagu “I Love The Blue of Indonesia” karya Mus Mujiono itu. Tapi yaaa gitulah… 😀