Pasti sudah dengar tentang Omar Borkan Al Gala yang dideportasi dari Saudi Arabia dengan alasan “dia terlalu cucok tampan” kan? Setelah browsing di beberapa situs, ternyata dia tidak sendirian, tapi dua kawannya sesama warga Uni Emirat Arab juga dideportasi dengan alasan yang sama. Hanya saja kedua kawannya itu belum diketahui identitasnya, jadi kita belum bisa melihat gimana kadar ketampanannya.
Entah menurut orang lain, tapi menurut saya ini tindakan ini tidak masuk akal dan asli ndagel. Apalagi alasan Pemerintah Arab Saudi mendeportasi mereka adalah “karena ketampanan mereka, dikhawatirkan para perempuan akan tergoda”. Singkatnya, di Arab Saudi, tampan itu illegal.
Mungkin alasannya terdengar suci dan mulia, supaya para perempuan di sana tidak tergoda melihat pria-pria ini, yang dampaknya kemudian perempuan-perempuan itu dikhawatirkan jadi nabrak-nabrak ra jelas dalam rangka ngempet. Ya.. ngempet apapunlah itu…
Tapi kan bukan salah cowok-cowok ini kalo mereka tampan, lha wong itu diparingi Tuhan Yang Maha Esa je…
Udah gitu, mereka selama di Arab Saudi kan tidak ke mana-mana ngligo sehingga mempertontonkan auratnya (karang neng kana ki panas e ngenthang-ngenthang ra umum e), dan kalau tidak salah, dalam Islam, aurat cowok itu dari puser sampai paha. Jadi kalo selama di sana mereka mungkin mempertontonkan perut six-packed, selama itu di atas udel, ya ndak masalah. Siapa suruh perempuan-perempuan sana mungkin jadi ada yang kemecer liat dada bidang berbulu dan perut kotak-kotak itu.
Kejadian ini mengingatkan saya pada legenda terciptanya Rawa Pening. Ketika ada anak kecil berpakaian compang-camping, buruk rupa, dan berbau amis ingin minta makan pada orang-orang yang sedang mengadakan pesta bersih desa.
Mereka semua menolak dan mengusir anak kecil itu dengan alasan wajah yang buruk, pakaian compang-camping, dan bau yang amis. Kecuali seorang nenek tua renta yang juga tidak diundang di pesta itu karena penampilannya yang tidak semledhot menarik.
Akhirnya, dengan mencabut sebuah lidi yang ditancapkan di tengah lapang, desa tersebut terlanda banjir besar dan tergenang air yang luar biasa banyaknya, yang lokasi tersebut sekarang dikenal dengan nama Rawa Pening.
Pemerintah Arab Saudi dan orang-orang desa yang tenggelam itu sebenarnya sama. Mereka menilai dan mendzalimi orang hanya karena penampilan fisiknya, yang sebenarnya itu pemberian Tuhan. Membenci orang karena dia berwajah jelek sama jahatnya dengan membenci orang karena dia berwajah tampan (dan berperut kotak-kotak).
Untung Omar Borkan Al Gala, tidak meniru si anak kecil (yang konon ternyata jelmaan Baru Klinting) dengan menancapkan lidi di tengah lapang lalu mencabutnya lagi hingga tercipta banjir.
Coba kalau Mas Omar ini kalap, ngamuk, terus menancapkan lidi, lalu mencabutnya lagi. Wah bisa jadi daerah padang pasir yang panas dan jarang hujan itu Kerajaan Arab Saudi. 😀
Keterangan: Foto Omar Borkan Al Gala lengkap dengan burungnya yang gede itu diambil dari akun flickr yang bersangkutan.
@HxUxSxH
Untung omar durung laporan karo @rasarab.. Iso dientekke sa’ arab karo bos gali iku.. :))
temukonco
Kabeh dingklik-dingklik, dipan-dipan, mejo kursi, diwalik kabeh karo @rasarab kuwi mestine.. Cah kae nek kalap medeni je.. 😀
Tuki
Kalo tancap lidi lalu cabut lagi, akan banyak lahir bayi-bayi ganteng yang lain..
temukonco
Lidi pho cerutu Mas, sing ditancepke? *halah* :))