Hari ini, 19 Desember 2020, Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali memperingati hari lahirnya. Menginjak usia 71 tahun ini ternyata pertanyaan “Apa warna jaket almamater UGM?” masih ada dan belum mendapat jawaban pasti.
Mungkin pertanyaan ini terdengar bodoh dan mengada-ada. Namun ketika menelusuri sumber-sumber resmi milik Universitas Gadjah Mada, ternyata saya belum mampu menemukan jawaban dan kepastian apa nama warna jaket almamater, yang seumur kuliah setidaknya minimal dipakai dalam tiga kesempatan. Saat upacara penerimaan mahasiswa baru yang dilanjutkan OPSPEK, ketika upacara pelepasan Kuliah Kerja Nyata (KKN), dan ketika upacara penutupan KKN.
Memang di wikipedia disebutkan kalau jaket almamater UGM itu berwarna khaki muda. Mungkin buat pihak-pihak yang belum pernah memiliki pengalaman intim dan personal dengannya, dapat dengan mudah menerima penjelasan tersebut.
Namun bagi mereka yang pernah menyentuh, memakai, memiliki kenangan tak terlupakan bersama, dan tak jarang melihat perbedaan warna yang samar antara satu angkatan dengan angkatan lain, niscaya akan berat –jika tidak mau dibilang menolak– setuju kalau warna jaket legendaris tersebut adalah khaki muda.
Saking penasarannya, saya bahkan mengunduh Brand Guidelines, Merchandise Guideline, dan panduan-panduan visual lainnya dari laman Panduan Identitas Visual Univesitas Gadjah Mada dengan harapan mendapatkan jawaban dari pertanyaan “Apa warna jaket almamater UGM?” tersebut.
Namun ternyata sumber-sumber tersebut tidak banyak memberikan penjelasan yang memuaskan.
Bahkan untuk Brand Guidelines, jika kawan-kawan membutuhkannya, saya sarankan menyimaknya langsung melalui tautan di laman yang saya beri tanda kotak merah di gambar berikut ini, ketimbang harus mengunduh dokumennya melalui tautan yang tersedia, yang tadi saya sudah share. Tidak percaya? Silakan bandingkan sendiri.
Memang di bagian Brand Guidelines ada panduan tentang Pemakaian Warna. Usut punya usut, ternyata itu adalah panduan warna untuk logo Universitas Gadjah Mada saja. Sementara panduan untuk warna jaket almamater, tidak ditemukan di situ.
Uniknya, jika mencermati dokumen Merchandise Guideline ternyata ada tampilan penerapan logo di pakaian, tapi penjelasan mengenai jaket almamater, tidak ada. Kalau di sini sebenarnya wajar tidak ada informasi mengenai hal tersebut.
Lha wong ini untuk merchandise yang bisa diberikan dan diperoleh dengan relatif mudah je. Tentu saja nilainya sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan jaket almamater UGM, yang demi mendapatkannya, beberapa pemuda-pemudi cemerlang mungkin harus merelakan jam istirahat sepulang sekolah dan waktu bermain dengan kawannya. Untuk kemudian ditukar dengan berada di ruang kelas Sony Sugema College demi makin menajamkan kemampuan.
Melihat sesungguhnya makna dan nilainya yang tidak bisa dipandang sebelah mata, jadi agak mengherankan jika hingga kini orang (atau setidaknya saya sendiri) masih kesukaran mencari jawaban seputar warnanya.
Warna jaket almamater UGM
Beberapa tahun silam pernah sih ada yang memberikan pencerahan kalau warna jaket almamater UGM seperti itu karena terinspirasi karung goni.
Iya bener, karung goni alias rami alias yute yang biasa digunakan untuk membawa dan menyimpan beras dalam jumlah besar itu.
Jaman dahulu ketika masa penjajahan Jepang, saking susah dan beratnya kehidupan, sampai-sampai kebanyakan rakyat tidak mampu untuk membeli pakaian yang layak. Sebagai gantinya dan demi tetap tertutupnya aurot, digunakanlah bahan dari karung goni sebagai ganti kain penutup badan.
Saking populernya goni alias rami sebagai busana rakyat di masa Jepang itu, kata beberapa orang tetua, sampai-sampai cara berhitung a la Jepang dijadikan parikan yang menggambarkan kondisi masa itu. “Ichi ni san shi, kathok goni kolor rami.“
Oh iya, kain goni-nya bukan goni yang bersih dan steril seperti jaman sekarang ya. Di masa itu sangat umum juga jika kain goni berkutu. Sehingga ungkapan ngingu tuma kathok alias “memelihara kutu celana” di masa itu adalah hal yang wajar.
Kembali ke warna jaket almamater, konon warna tersebut dipilih untuk melambangkan perjuangan rakyat Indonesia. Ini sejalan dengan semangat UGM sebagai kampus perjuangan dan kampus kerakyatan.
Namun kisah kalau warna jaket almamater Universitas Gadjah Mada ini diambil dari warna karung goni tidak serta merta menjawab pertanyaan yang menjadi judul tulisan ini.
Baik, sepakat warna goni. Namun warna goni yang seperti apa?
Di Quora, Anjar Nurhadi, S1 Teknik Mesin, Universitas Gadjah Mada (2013), mencoba menemukan kode heximal warna jaket almamater UGM dengan menggunakan color picker, kemudian ditemukan kode warnanya adalah #adb1ac seperti di bawah ini.
Di lain hari, saya pernah melihat unggahan menarik dari akun twitter seorang kawan, namanya Mas Lantip, yang ternyata mengamati dan mendapatkan kode heximal warna yang berbeda lagi untuk jaket almamater universitas yang sama yaitu #c2c193 #c9cab5 #a8a99c dan #c3b493
kadang terlihat semu ijo, kadang agak coklat
LANTIP
Pedoman Warna Tampaknya Perlu
Bukan. Tulisan ini bukan dibuat dalam semangat ngece atau ngenyek kampus negeri pertama yang didirikan setelah kemerdekaan ya.
Sebab bagaimanapun, jaket almamater adalah salah satu kebanggaan mahasiswa dan kampus. Setidaknya dengan melihatnya, orang jadi relatif lebih mudah mengenali si pemakainya berasal dari Universitas Gadjah Mada.
Coba misalnya warna kuning, bisa jadi si pemakai adalah mahasiswa UI, bisa juga Universitas Sriwijaya, atau Universitas Lambung Mangkurat. Kalau warna biru tua, ini anak UNDIP, IPB, ITB, UNAIR, atau UNPAD ya? Sementara kalau hijau, bisa jadi pemakainya adalah mahasiswa UIN, UNJ, atau Universitas Andalas.
Dengan keunikan tersebut serta mengingat jaket almamater adalah salah satu bagian identitas universitas dan mahasiswanya, tampaknya sudah saatnya dan sangat layak jika juga dibuatkan panduan yang lebih detail mulai dari warna hingga potongan atau bentuk jaket almamater UGM. Sama seperti brand dan merchandise yang guidelines-nya sudah dibuat secara terperinci dan dimuat di situs resmi universitas.
Apalagi melihat sejarahnya yang terinspirasi dari perjuangan rakyat, dan bahkan hingga saat ini pun masih disebut kampus rakyat, alangkah baiknya jika semangat tersebut juga diwujudkan dalam bentuk konsistensi warna jaket almamater.
Tak perlu harus tahu nama warnanya apa, tapi setidaknya di tahap awal cukup dengan memberi panduan kode heximal warna apa yang harus digunakan. Sehingga tak ada lagi pertanyaan, “Apa warna jaket almamater UGM?”
Sehingga di masa depan harapannya tidak ada lagi perbedaan warna jaket almamater antara satu angkatan dengan angkatan lain karena beragam alasan. Khawatirnya kalau meskipun mirip tapi kalau dijejerkan warnanya berbeda-beda, bisa-bisa nanti memengaruhi juga ruh perjuangan yang mengilhami warna jaket ini.
Sehingga jangan-jangan efeknya kelak ada pemahaman yang berbeda-beda di tiap angkatan tentang perjuangan Kampus Kerakyatan dan tentang Rakyat itu sendiri. Apakah Rakyat yang berpendapatan mepet sebesar UMR, ataukah Rakyat yang lainnya di sana itu…
Zam
saya juga tahunya yang versi karung goni itu, mz.. salah satu jawaban yang cukup masuk akal.. sementara untuk penentuan warna, mungkin perlu bekerja sama dengan institusi yang memang ngurusi warna, semacam Pantone, supaya lebih jelas.. 😆
oiya menambahkan untuk waktu kapan memakai jaket almamater, yaitu saat demonstrasi 😆
temukonco
kalo pake code hexa warna diseragamkan itu, tidak banyak membantu ya Mas? Saya malah ndak pernah ikut demonstrasi je… Lagian kalau pun ikut demonstrasi, keliatannya tetep ndak pake jaket almamater. Lha wong ketlingsut entah di mana je… 😀
Antyo®
Dulu saya nyebutnya antara warna bubuk semen dan telur asin.
Jaket diambil pada akhir semester pertama kalo gak salah. Ada teman yang naik sepur pulang kampung pakai jaket itu. Bangga dia.
Punya saya tetap dalam lemari sampai kemudian tiba masa KKN tiga bulan.
Heruls
Semoga nasib alumninya lebih baik, tidak ikut2an buthek
temukonco
Aamiiiiin… 😁😁😁
World Class University
apakah penting pemilihan warna pada almamater pendidikan seperti sekolah maupun kampus?
print online murah
sukses selalu