Bertemu teman, menemukan kawan

Musik

Lagu hits Didi Kempot sebelum “Sobat Ambyar”

didi kempot tak selalu ambyar

Lagu hits Didi Kempot jaman dulu yang mana aja, Kak?

Beberapa waktu lalu pertanyaan ini muncul ketika ada kawan yang baru sadar kalau Didi Kempot sesungguhnya sudah terkenal hingga manca negara jauh sebelum adanya gelombang kemeriahan “Sobat Ambyar” beberapa waktu lalu.

Kemudian kawan tersebut berusaha mencari lagu-lagu terhits Didi Kempot di masa-masa itu. Masa-masa ketika belum naik daun di Jakarta dan diinterview Gofar Hilman. Namun beberapa stasiun radio di kawasan Jogjakarta dan Jawa Tengah sudah memiliki acara yang khusus memutarkan lagu-lagu beliau, setidaknya seminggu sekali.

Seperti program Dot Id (singkatan dari Didi Kempot Idolaku) yang disiarkan (kalau tidak salah) oleh jaringan CPP Radio Net, DIPOTSARI (Didi Kempot Campursari) dari radio Karysma FM Boyolali, atau Radio Magelang 103 FM yang tiap Selasa sore punya program Tribute Didi Kempot.

Tergelitik pertanyaan tersebut, sebagai pendengar beliau jauh sebelum ada hiruk pikuk “Sobat Ambyar” yang seru kemarin, kalau misalnya saya ditanya lagu hits Didi Kempot yang mana saja, maka pilihan saya adalah:

Cidro

Lagu ini sempat ditanyakan maknanya oleh Gofar Hilman di acara Ngobam-nya. Memang, meskipun tidak semua lagu Didi Kempot ambyar, Cidro ini bisa dibilang jadi pintu gerbang sekaligus inspirasi bermunculannya lagu-lagu pop Jawa dan/atau hip-hop Jawa setelahnya, yang bercerita tentang gagalnya cinta karena perbedaan status dan banyaknya harta.


Layang Kangen

Mungkin saja lagu inilah sebenarnya yang menjadi cikal bakal men-Jakarta-nya Didi Kempot dan karya-karyanya. Bagaimana tidak, di masa itu bisa dibilang nyaris seluruh pekerja-pekerja perantau dari “Jawa”, memiliki file mp3 lagu ini di handphone atau mp3 player sederhana mereka.

File itu yang terbilang sering mereka putar ketika beristirahat bersama sesama kawan-kawan pekerja lain ketika menjelang istirahat di bedeng-bedeng sempit tempat mereka tinggal. File yang menyuarakan rasa kangen pada yang tercinta di kampung halaman, sekaligus pembakar semangat demi segera tercapai impian hidup bersama berdua selamanya.


Sewu Kutho

Sebelum jaman Suket Teki sering terdengar di sana-sini, Sewu Kutho akrab di telinga para pendengarnya. Uniknya judul lagu yang berarti Seribu Kota ini, membuat sudah tak terhitung berapa orang MC yang menjadikannya ini sebagai materi guyonannya di panggung.

Ya kalau sekarang tampaknya materi guyonan itu sudah masuk kategori “joke bapak-bapak” sih.


Stasiun Balapan

Seorang kawan pernah berkata, “Lagu Stasiun Balapan ini lebih sering dinyanyikan dan terdengar di terminal, ketimbang di Stasiun Balapan itu sendiri.”

Kelihatannya kawan itu tidak berlebihan. Lihat saja di Terminal Tirtonadi di masa itu. Lagu Stasiun Balapan akan sering terdengar, baik itu dibawakan para pengamen, maupun dari speaker-speaker para pedagang yang ada di terminal tersebut. Bahkan setelah Didi Kempot juga meluncurkan lagu berjudul Terminal Tirtonadi.


Kalung Emas

Lagi, lagu tentang kegagalan cinta. Namun nampaknya kali ini si tokoh utama relatif lebih berada ketimbang di lagu Cidro.

Karena setidaknya sudah mampu membelikan kalung emas pada kekasihnya. Walapun tetap saja akhirnya ditinggalkan begitu saja tanpa penjelasan apa salah dan dosanya.

Moral cerita dari lagu ini adalah, punya harta juga belum tentu tak ditinggal cinta.


Itu tadi lagu-lagu hits Didi Kempot sebelum era “Sobat Ambyar”. Tentu saja, namanya juga selera, bisa jadi akan sangat berbeda antara satu orang dengan orang lain.

Kalau teman-teman, apa lagu hits Didi Kempot versi sebelum era “Sobat Ambyar”?

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.